Sejauh-jauh burung terbang berkelana, dia akan kembali pulang ke sarang. Sebanyak-banyaknya dahan yang dihinggapi, burung akan kembali ke liang jerami yang dimiliki.
Dua kalimat itu mengiaskan perjalanan saya ketika seiring berjalannya waktu akan mengalami perpindahan tempat. Ketika sudah berpindah-pindah, maka pengalaman untuk masuk ke masjid atau tempat ibadah menjadi cukup beragam.
Meskipun perpindahan tempat saya belum banyak, tetapi sudah beberapa masjid atau tempat ibadah berbeda telah saya masuki. Tulungagung, Malang, Surabaya, hingga Tuban pernah saya pijak ubin dingin tempat ibadahnya.
Kota yang paling lama saya tempati setelah Tulungagung adalah Malang. Otomatis, beberapa masjid pernah saya masuki.
Ada Masjid Al-Muhajirin yang terletak dekat dengan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang. Kemudian, ada Masjid Raden Patah yang ada di dalam kawasan Universitas Brawijaya Malang, Masjid Ainul Yaqin UNISMA, Masjid Baabul Jannah, hingga Masjid Istiqomah di Jl Mayjen. Panjaitan.
Sebenarnya masih ada lagi, namun saya sudah lupa dengan lokasi daerahnya, maka saya tidak bisa menemukan namanya. Beberapa masjid tersebut juga punya jejak di dalam ingatan saya.
Seperti Masjid Al-Muhajirin yang pertama kali menjadi tempat saya singgah saat tiba di Malang. Seolah-olah sesuai dengan hakikat makna dari kata 'Muhajirin', yang identik dengan perpindahan.
Kemudian, ada Masjid Raden Patah yang lumayan sering saya kunjungi. Apalagi, masjid ini juga mengalami perubahan bentuk bangunannya menjadi lebih megah dari sebelumnya.
Kemudian, Masjid Istiqomah menurut saya ideal untuk orang-orang yang punya tingkat mobilitas tinggi dan perlu singgah untuk beribadah. Mirip Masjid Muhajirin yang terletak di jalan raya yang padat lalu-lalang kendaraan walaupun dengan ruas jalan tidak luas sekali.