Ramadan 2021 sudah berjalan 2 pekan, dan segala aktivitas masih harus dilakukan. Bahkan, bisa saja masih banyak tanggungan yang belum terselesaikan.
Meski begitu, sebagai manusia yang hidup tetap harus bangun dan menjaga diri agar tetap dapat produktif. Termasuk, saat ada di rumah.
Secara khusus, Ramadan tahun ini sedikit lebih baik, alias tidak semencekam tahun lalu. Maka dari itu, memang masih ada aktivitas yang perlu dilakukan di luar rumah.
Hanya saja, persentasenya tidak selama seperti sebelum pandemi. Itu yang membuat momen di rumah saja tetap harus positif dan produktif.
Alasannya, kita sudah terbiasa dengan durasi di rumah yang lama, maka pola pikir terhadap rumah yang awalnya hanya sebagai tempat bersantai saja sudah berubah. Rumah kini bisa menjadi tempat memikirkan sesuatu dan berbuat sesuatu yang menarik.
Hal ini yang kemudian juga perlu dilakukan saat Ramadan dan masih di rumah saja. Apa saja?
Pertama, sediakan waktu untuk masih produktif. Bagi yang punya kemampuan menulis, menulislah. Bagi yang punya kemampuan menggambar, menggambarlah. Bagi yang punya kemampuan memproduksi video konten, buatlah itu.
Saat melakukannya, bisa dengan menyiasati ruang, waktu, dan/atau toleransi. Tidak semua orang punya rumah besar, maka beraktivitas seperti ini perlu ada penyediaan waktu tertentu dan toleransi orang-orang di dalam rumah.
![Ilustrasi orang yang punya ruang sendiri untuk produktif. Sumber: Pexels/Andrea Piacquadio](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/04/27/pexels-andrea-piacquadio-3771055-6087b0a7d541df019b73b5c2.jpg?t=o&v=770)
Ditambah dengan momen Ramadan, akan ada harapan dapat mengambil waktu lebih banyak untuk beristirahat. Sudah Ramadan, di rumah saja pula.
Kedua, sediakan waktu untuk berinteraksi. Langsung atau tidak langsung itu hanya perantaranya. Yang penting, ada interaksi yang dibuat atau diikuti.
Itu harus dilakukan setiap hari. Karena, tanpa adanya interaksi, terkadang kepekaan terhadap sesama bisa meluntur.
Sekalipun, ternyata ada seseorang yang memikirkannya, tetapi orang lain tidak tahu pemikirannya. Yang orang lain tahu adalah sikapnya.
Kalau misalnya hidup bersama keluarga, serutin-rutinnya bertemu sampai sudah bosan atau sudah tidak ada hal yang dianggap baru, lebih baik tetap menjalin interaksi. Ada satu pertanyaan yang bisa diterapkan saat duduk bersama keluarga, yaitu "apa yang baru kamu temukan hari ini?"
![Ilustrasi berinteraksi di dalam rumah. Sumber: Pexels/Andrea Piacquadio](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/04/27/pexels-andrea-piacquadio-3768146-6087b28fb0d818643a3baa72.jpg?t=o&v=770)
Tidur saat perut kosong malah tidak jarang menghasilkan mimpi buruk, bahkan bisa juga mimpi makan-minum. Apakah itu yang dicari? Tidak kan?
Maka dari itu, saat tubuh sudah merasa tidak sanggup untuk terjaga dan produktif, sebaiknya beristirahat. Hanya saja, istirahatnya harus menarik.
Biasanya, orang-orang yang punya hobi bisa mengalihkan pikirannya ke hobi. Saat seperti itu, pikiran lelah menjadi berkurang. Sekalipun tubuh tidak lagi punya daya tahan yang kuat, tetapi pikiran kita dapat mendorong tubuh untuk melakukan aktivitas lagi, karena ada gairah (passion) dan kegemaran (hobby).
![Ilustrasi orang hobi otomotif. Sumber: Pexels/Andrea Piacquadio](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/04/27/pexels-andrea-piacquadio-3822843-6087b0e7b0d818701f060c22.jpg?t=o&v=770)
Bagi yang hobi memasak, tambah mantap. Karena, bisa menyalurkan hobi, dan hasilnya juga bisa segera dinikmati setelah azan magrib.
Bagi yang hobi menulis juga boleh menyalurkan sisa-sisa tenaganya untuk menulis. Tetapi, menulis saat ngabuburit juga perlu adaptasi dan kompromi.
Adaptasi tentu berkaitan dengan konsistensi menulis dalam kondisi tidak sepenuhnya bertenaga. Meskipun, "hanya" menulis, tenaga tetap dibutuhkan, karena itu akan membuat konsentrasi masih terjaga. Konsentrasi yang terjaga akan menghasilkan tulisan yang terkontrol pula.
Kemudian, ada kompromi. Kompromi di sini adalah tentang kualitas tulisan. Ketika dalam kondisi yang tidak sebugar pagi dan siang, kualitas tulisan juga bisa menurun.
Saat itu terjadi, maka orang tersebut perlu berkompromi. Misalnya, dengan memilih bentuk tulisan yang lebih santai dari biasanya.
Kalau misalnya dia hobi menulis puisi yang teknik dan isinya tinggi, maka saat mengisi waktu menjelang berbuka adalah dengan menulis puisi yang teknik dan isinya lebih sederhana. Bisa juga dengan membuat tulisan-tulisan yang mirip catatan-catatan selayang pandang.
Ketika hobi-hobi semacam itu tersalurkan dengan baik, maka Ramadan di rumah saja bukan suatu permasalahan. Menjalankan hobi juga penting, agar momen berpuasa tidak hanya menjalankan tanggung jawab, melainkan juga menjaga semangat.
Selamat menjalani Ramadan hari ke-15. Semoga, tetap bugar.
Malang, 27 April 2021
Deddy Husein S.
Tulisan sebelumnya:Â Bukber Virtual, Kuy atau Gak Nih?
Baca juga: Aplikasi Favorit Kala Ramadan Masih Tidak ke Mana-mana