Seri pembuka MotoGP 2021 (28/3) yang awalnya disebut sebagai balapan yang sengit, ternyata masih kalah seru dengan seri kedua yang sebenarnya masih digelar di Sirkuit Internasional Losail (4/4).
Ada beberapa indikator yang bisa melandasi keseruan seri yang bernama Doha Grand Prix ini.
Pertama, dari awal balapan sampai sekitar sisa 10 putaran lagi, masih banyak pembalap yang berada dalam rombongan panjang. Rasanya ini adalah pemandangan langka jika terjadi di kelas MotoGP.
Alasannya, motor di kelas ini mempunyai spesifikasi pada mesin yang beragam. Berbeda dengan spesifikasi motor di kelas Moto2 yang hanya dibedakan oleh sasis, bukan mesin--semua menggunakan Triumph.
Itu artinya, kalau di kelas Moto2 yang notabene sedang diperhatikan oleh penggemar MotoGP Indonesia, kita masih bisa melihat rombongan dari awal sampai akhir. Sedangkan, di kelas MotoGP pemandangan itu jarang sekali terjadi.
Faktor start yang dilakukan pembalap dan keunggulan spesifikasi motor terhadap sirkuit seringkali menjadi penentu tentang siapa yang dapat memimpin, bersaing, dan mengikuti rombongan terdepan. Namun, hal ini sedikit berbeda di balapan ini.
Selepas start, memang Jorge Martin (pole position) dan Johann Zarco (start kedua) mampu melesat dan memimpin balapan. Namun, jarak keduanya dengan pembalap lain tidak jauh.
Saat itu adalah era kejayaannya Valentino Rossi. Pada era tersebut, balapan kelas tertinggi terlihat seperti balapan Moto2 zaman sekarang. Karena, rombongan pembalap terdepan masih ada empat hingga lima pembalap.
Begitu juga dengan rombongan di belakangnya. Jarak yang pendek kemudian memungkinkan persaingan sengit sampai akhir putaran. Akibatnya, di era itu pembalap yang berada di posisi kedua atau ketiga masih punya peluang untuk menang.
Berbeda dengan saat ini, yang mana semua pembalap tidak jarang berusaha "kabur" setelah berhasil memimpin balapan. Itu membuat balapan terkadang kurang seru.
Indikator kedua yang membuat balapan kali ini sangat seru adalah pertarungan yang bisa dikatakan merata. Ducati unggul di top speed, Yamaha dan Suzuki di corner speed, lalu sempat ada kejutan lewat upaya Aprilia, KTM, dan Honda di awal balapan.
Artinya, ketika ada rombongan pembalap, itu tidak diisi secara dominan oleh satu-dua jenis motor. Misalnya, urutan 1-4 dalam rombongan terdepan diisi oleh tim Pramac Ducati dan Ducati Lenovo. Inilah yang disebut 'diisi secara dominan'.
Sedangkan, di balapan ini rombongan terdepan diisi oleh empat pembalap yang berasal dari 3 jenis motor berbeda. Ducati, Suzuki, dan Aprilia.
Awalnya, Aprilia yang ditunggangi Aleix Espargaro sempat bertarung sengit dengan Alex Rins (Suzuki Ecstar). Inilah yang disebut kejutan, sekaligus yang membuat balapan seru.
Penyebabnya, di rombongan kedua sempat ada Miguel Oliveira dan Brad Binder dari Red Bull KTM. Belum lagi ada Pol Espargaro (Repsol Honda) yang turut berupaya tampil lebih baik lagi di seri ini.
Susunan pembalap dalam rombongan yang terlihat mengejutkan ini yang membuat MotoGP Doha bisa dikatakan seru dan super langka. Kapan lagi, bisa melihat pemandangan seperti ini?
Johann Zarco! Inilah pembalap yang bisa disebut sebagai pengatur jalannya balapan menjadi sedemikian rupa.
Dia dari awal balapan sampai pertengahan putaran terakhir sengaja untuk tetap konsisten berada di posisi kedua. Dan, ini seperti yang ia lakukan di balapan pertama, namun terlihat lebih tertata dan gahar.
Bukti kegaharannya bisa dilihat dari "korbannya". Aleix Espargaro, Alex Rins, Francesco Bagnaia, Maverick Vinales, hingga Jorge Martin harus tunduk oleh gaya balap Zarco yang tahu titik-titik mana dia dapat mempersulit upaya pembalap lain untuk menyalipnya.
Satu-satunya pembalap yang mampu melepaskan diri dari "partitur" yang dimainkan Zarco adalah Fabio Quartararo. Sebenarnya, ini mirip dengan "konser" sebelumnya, yang mana Vinales berhasil melepaskan diri dari Zarco dan memenangkan balapan.
Quartararo pun demikian. Ia berhasil menyalip Zarco, lalu segera menyalip Jorge Martin. Di sinilah, ia mempunyai momentum membuat jarak.
Menariknya, Zarco sangat sulit untuk disalip lagi selepas itu. Ia berusaha mati-matian mempertahankan posisi ketiga dan terus memberikan ruang kepada Jorge Martin.
Tindakan itu yang juga Zarco lakukan sejak awal. Ia membiarkan Martin sedikit berjarak, dan menahan semua pembalap yang berupaya mengejar posisi Martin.
Sebagai akhir dari upayanya membuat "orkestra", ia kemudian melakukan manuver krusial untuk mengambil posisi kedua Jorge Martin. Ia pun akhirnya berhasil finis lagi di posisi kedua seperti di seri Qatar.
Itu juga hampir mirip dengan apa yang dilakukan kompatriotnya, Fabio Quartararo di musim lalu (2020). Ia memimpin klasemen awal musim dengan dua kemenangan beruntun.
Menariknya lagi, di balapan Doha, kemenangan Quartararo dan finis keduanya Zarco menjadi momen langka di MotoGP. Karena, baru kali ini ada dua pembalap asal Prancis yang naik dua podium tertinggi sejak 1954 (67 tahun).
Termasuk, bagi mereka yang kangen momen perebutan posisi yang terus terjadi sepanjang balapan dan membentuk rombongan panjang sampai separuh balapan berlangsung. Semoga, hal ini bisa terjadi lagi.
Terima kasih, Zarco! Semoga, ada momen kamu berselebrasi salto pasca memenangkan balapan di musim ini.
Deddy Husein S.
Terkait: Motogp.com.
Tersemat: Gridoto.com
Baca juga: MotoGP Qatar Berlangsung Sengit
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H