Apakah itu sulit?
Sebenarnya, kalau permasalahan perlakuan kurang baik dan tidak baik itu tidak terjadi, maka tidak akan ada orang-orang yang merasa tersakiti akibat keputusannya untuk pergi. Karena, mereka yang akan pergi juga belum tentu sudah mengetahui nasibnya. Apakah lebih baik atau malah lebih buruk.
Itu persepsi yang seharusnya juga dipikirkan mereka yang masih bertahan di tempat. Mereka harus tidak menambah beban pikir kepada orang yang akan pergi, karena orang itu juga belum tentu tenang.
Apalagi, kalau sudah menemukan zona nyaman, biasanya orang akan lebih memilih bertahan lama daripada pergi. Inilah yang membuat poin perlakuan terhadap orang yang akan pergi itu penting banget untuk diperhatikan.
Jangan sampai, malah perlakuan kepada orang yang akan pergi menjadi berubah, dari baik menjadi tidak baik. Itu akan membuat orang yang akan pergi semakin tidak nyaman dan resah secara kejiwaan.
Itu juga membuat orang yang akan pergi merasa dirinya sudah tidak penting. Padahal, bagaimana kalau ternyata ialah yang telah berjasa di tempat itu?
Ambil contoh seperti Sergio Aguero di Manchester City. Kalau bukan golnya ke gawang Queens Park Rangers pada laga 13 Mei 2012, apakah Manchester City juara dan menumpas dominasi Manchester United?
Artinya, juaranya Manchester City di musim-musim selanjutnya itu perlu ada mentalitas yang terbangun terlebih dahulu lewat juara pada musim 2011/12 tersebut. Dari situlah, Manchester City punya mentalitas juara, ada dasar yang kuat untuk memunculkan keyakinan bahwa mereka pasti akan bisa juara lagi.
Itu sama seperti Arsenal di Piala FA. Sekalinya mereka berhasil juara, maka di musim-musim selanjutnya, mereka tahu formula untuk juara di Piala FA.