Pada momen itu, Rossi berduel dengan Vinales untuk memperebutkan podium tertinggi. Namun, nahas, Rossi terjatuh.
Ketika stamina mulai kendur, konsentrasi dan kesabaran menjadi menurun. Jika itu dihadapkan pada situasi sedang membalap, hasilnya seperti yang dialami Rossi. Terjatuh.
Artinya, jika pembalap muda bisa jatuh karena terlalu bersemangat. Maka, pembalap tua bisa jatuh karena mulai tidak bisa mengontrol diri.
Jika pembalap seperti itu dihadapkan kepada Marc Marquez. Rasanya sangat sulit untuk menandinginya. Apalagi, ketika seorang Marc mulai bisa membalap dengan bijak--agar tidak melakukan kesalahan untuk bisa mengalahkan pembalap lain, maka mengalahkan Rossi sudah bukan perkara sulit.
Itu artinya, Yamaha akan terus di belakang jika terus mengandalkan Rossi di lintasan. Rossi memang masih bisa diandalkan, tetapi seharusnya bukan di balapan langsung.
Ia bisa diberdayakan sebagai pembalap penguji, dan itu terlihat lebih bijaksana. Karena, Yamaha akan memiliki empat pembalap muda yang tepat untuk berduel dengan Marc Marquez sampai 10 tahun ke depan.
Supaya hal itu terjadi, Rossi harus gantung helm. Tapi, kapan itu terjadi?
Jika melihat awalan musim 2021 yang tidak bagus bagi Rossi. Maka, itu juga bisa menjadi pertanda bahwa Rossi sudah memasuki masa akhir dalam memacu motor dengan kecepatan 330-an km/jam selama 20-an putaran.
Memang, musim masih sangat panjang, dan kompetisi baru berjalan satu seri. Namun, keajaiban tidak selamanya datang dalam semalam.
Bahkan, seorang Franco Morbidelli bisa menjadi rujukan. Seperti yang sudah diketahui, musim lalu, Morbidelli yang membela Yamaha Petronas SRT berhasil menjadi yang terbaik kedua (runner-up) di kejuaraan.