Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Nasib Ilustrator dan Poin Penting Saat Mengikuti Kartu Prakerja

15 Maret 2021   16:17 Diperbarui: 16 Maret 2021   12:11 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu tampilan di laman Carrot Academy. Gambar: Dokumentasi pribadi/carrotacademy.com

Keberadaan program Kartu Prakerja gelombang 14 tidak hanya menjadi sinar harapan bagi masyarakat yang membutuhkannya. Program Kartu Prakerja gelombang 14 juga menjadi bukti, bahwa Pemerintah Indonesia mampu membuat program ini berkelanjutan.

Bagi masyarakat yang sudah menjadi angkatan kerja, keberadaan program Kartu Prakerja seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baik. Begitu pula bagi masyarakat "netral"--belum atau tidak mengikuti program ini, keberadaan program ini juga memberikan optimistis, bahwa pemerintah tidak membuat program ini sebagai gebrakan belaka.

Program ini sudah dijalankan pada 2020, dan nahasnya bertepatan dengan keberadaan pandemi Covid-19. Artinya, keberadaan program ini tidak hanya mencoba membantu angkatan kerja yang minim pengalaman kerja, juga menjadi media yang menolong tenaga kerja yang kehilangan mata pencahariannya akibat pandemi.

Salah satu bidang profesi yang terdampak adalah ilustrator. Menurut Kamus Cambridge, ilustrator (illustrator) adalah "a person who draws pictures, especially for books". Seseorang yang menggambar, khususnya untuk buku.

Jika diberikan contoh yang dapat menggambarkan eksistensi ilustrator adalah "The publisher smiled at the illustrator of the poet who had an untidy beard" dan "When graphic designers, photographers and illustrators are involved, costs begin to escalate".

Pada dua contoh itu membuktikan bahwa ruang lingkup ilustrator tidak jauh dari penerbit dan pekerjaan lain yang lebih terlihat familier, seperti desainer grafis dan fotografer. Itu artinya, ketika ada permasalahan yang disebabkan oleh pandemi, maka ilustrator khususnya yang ada di Indonesia juga terpengaruh.

Dewasa ini, pekerjaan yang ada di Indonesia tidak lagi hanya yang terlihat dan terdengar familier, namun juga yang cukup asing seperti ilustrator. Eksistensi ilustrator ini bisa terlihat tumbuh dan berkembang ketika beberapa pihak mulai menggunakan jasanya.

Beberapa pihak yang sangat mudah dideteksi oleh masyarakat Indonesia adalah media massa dan Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi).

Untuk media massa, mereka sebenarnya cenderung acak, alias tidak hanya menggunakan gambar ilustrasi dari ilustrator Indonesia. Namun, itu sudah bagus untuk membuka peluang ilustrator Indonesia untuk berdaya.

Kemudian, untuk Pak Jokowi, beliau bisa dikatakan cukup sering mengunggah gambar ilustrasi di akun media sosialnya ketika hendak mengabarkan atau mengimbau masyarakat terkait suatu hal yang aktual dan penting. Selain karena faktor keinginan menjangkau masyarakat milenial, juga untuk memberdayakan tenaga ilustrator Indonesia yang tak kalah bagus dengan ilustrator dari negara lain.

Salah satu unggahan Pak Jokowi dengan karya ilustrasi. Gambar: Twitter.com/Jokowi
Salah satu unggahan Pak Jokowi dengan karya ilustrasi. Gambar: Twitter.com/Jokowi
Sebenarnya, selain dua pihak itu, kita juga bisa melihat bukti nyata eksistensi ilustrator lewat buku. Banyak buku yang terbit dari dulu (90-an) hingga sekarang (2020-an) yang menggunakan jasa ilustrator untuk mempercantik sampul depan buku.

Bahkan, eksistensi ilustrator juga tidak lepas dari keberadaan komikus yang tentunya identik dengan kemampuannya menggambar dan mengilustrasikan sebuah cerita. Lewat itu, maka buku-buku semacam novel, puisi, dan cerpen, juga takkalah butuh keberadaan ilustrasi yang dapat menunjang, entah di dalam buku atau di sampul buku.

Kita bisa menemukan contohnya pada buku kumpulan cerpen "Lelucon Para Koruptor" karya Agus Noor, "Bu Guru Cantik" karya Hasta Indriyana, hingga "Wisanggeni: Sang Buronan" karya Seno Gumira Ajidarma.

Melihat betapa lekatnya hubungan ilustrator dengan buku yang artinya juga terkait dengan penerbit, maka nasib ilustrator juga bisa disebut bergantung pada situasi dapur penerbit. Jika penerbit minim setoran karya tulis seperti fiksi dan nonfiksi, maka mereka juga tidak mampu memberdayakan ilustrator.

Begitu juga jika penerbit sedang dihadapkan pada situasi pandemi. Adanya peraturan ketat terhadap protokol kesehatan tidak hanya berlaku pada mobilitas manusia, tapi juga pada mobilitas barang.

Imbasnya, pendistribusian buku/karya cetak sempat mengalami kendala. Ini juga membuat kaum ilustrator yang memang bergantung pada pergerakan di dapur penerbit tidak mendapatkan kepastian, khususnya terhadap pemasukan.

Saat pandemi, uang itu hampir menjadi sesuatu yang langka, khususnya bagi orang-orang yang bidang pekerjaannya tidak familier. Apalagi, ketika orang-orang tersebut juga tidak terikat dengan instansi. Semakin merana.

Itulah mengapa, akhirnya keberadaan Kartu Prakerja juga dapat dimanfaatkan oleh kaum ilustrator, khususnya bagi mereka yang memang tidak terikat oleh instansi, alias pekerja lepas (freelancer). 

Dengan adanya Kartu Prakerja, ada kemungkinan mereka dapat menggunakannya untuk melamar kerja di instansi-instansi yang mapan dan sanggup memberdayakannya dengan tepat.

Ketika ilustrator berhasil lolos seleksi untuk mengikuti program Kartu Prakerja, maka ada poin penting yang perlu dilakukan saat mengikuti prosesnya.

Poin pertama adalah jujur. Ketika menggambarkan kondisi kehidupannya dan keluarganya, pihak peserta perlu jujur. Tidak perlu ditutupi, juga tidak perlu dilebih-lebihkan (hiperbolis).

Jujur ini juga perlu dilakukan ketika sedang mengikuti program. Artinya, jika keterampilannya sampai 'C', itulah yang perlu ditunjukkan.

Poin kedua adalah menerima. Ketika menjadi peserta program, apa pun yang didapatkan, itulah yang harus diterima dan dimanfaatkan.

Namun, bukan berarti peserta berhenti di sana. Peserta tetap perlu mengembangkan diri lewat informasi di luar lingkup program, baik itu sebelum atau sesudah mengikuti program tersebut.

Poin ketiga adalah membuka jaringan informasi dan sosial. Ketika sudah mengetahui tingkat keterampilannya, seperti di poin pertama, kemudian peserta perlu mencari informasi lebih yang dapat mengakomodasi bidang keterampilannya.

Upaya itu tidak hanya untuk menambah wawasan, melainkan juga relasi. Relasi ini tentu penting, khususnya untuk memperoleh tempat bekerja yang baru dan tepat.

Jika peserta merupakan seorang ilustrator, maka ada salah satu tempat yang dapat dimanfaatkan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan bidang ilustrasi. Tempat itu adalah Carrot Academy.

Salah satu tampilan di laman Carrot Academy. Gambar: Dokumentasi pribadi/carrotacademy.com
Salah satu tampilan di laman Carrot Academy. Gambar: Dokumentasi pribadi/carrotacademy.com
Carrot Academy didirikan oleh Putra Adi Setiyawan dan telah melabelkan diri sebagai media kursus ilustrasi nomor 1 di Indonesia. Maka, ada potensi bahwa para ilustrator dapat menemukan informasi dan koneksi sosial di dalamnya, yang tentunya lekat dengan seluk-beluk ilustrasi.

Memang, Carrot Academy bukan satu-satunya yang bisa diandalkan untuk belajar dan mengenal cara untuk menjadi ilustrator, desainer grafis, hingga animator. Namun, memulai dari salah satu tempat seperti Carrot Academy, tidak ada salahnya, alias perlu dicoba.

Di sana, kita juga bisa melihat wadah untuk belajar ilustrasi, mendesain fesyen, hingga membuat animasi. Bahkan, ada artikel-artikel yang mengabadikan informasi terkait penerbitan karya ilustrasi, hingga menceritakan pencapaian alumnus Carrot Academy.

Daripada semakin penasaran dengan Carrot Academy, langsung saja kunjungi laman situs web-nya. Di sana, akan ada banyak hal yang dapat dicari dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.

Lewat artikel ini, harapannya informasi yang disajikan dapat bermanfaat bagi para pejuang program Kartu Prakerja, khususnya untuk Kartu Prakerja gelombang 14. Termasuk, para ilustrator yang perlu mendapatkan 'mediasi' kesejahteraan dari pihak pemerintah lewat program ini.

Di mata masyarakat awam, bolehlah mereka kurang dikenal. Tetapi, di mata pemerintah, mereka harus dikenal dan diperkenalkan ke masyarakat.

Selamat berjuang, rekan angkatan kerja dan tenaga kerja di Kartu Prakerja gelombang 14! Semoga, kalian semua berhasil dan dapat memanfaatkan Kartu Prakerja gelombang 14 sebagai pijakan menuju kondisi yang lebih baik.

Malang, 15 Maret 2021
Deddy Husein S.

Catatan: Ulasan ini juga dibantu oleh rekan yang merupakan ilustrator dan pernah mengikuti program Kartu Prakerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun