Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Balap Artikel Utama

Jorge Lorenzo, Gagap Pensiun, dan Kebenaran yang Tidak Selamanya Baik

10 Maret 2021   22:00 Diperbarui: 11 Maret 2021   12:42 1229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari kiri: Vinales, Rossi, Lorenzo. Gambar: AFP/Getty Images/Mirco Lazzari GP via Kompas.com

Memang, apa yang dikatakan Lorenzo tentang Cal Crutchlow menurut saya benar. Sepanjang saya menonton MotoGP, saya lebih sering melihat Crutchlow jatuh daripada dia finis.

Tetapi, itu bukan tanpa alasan. Crutchlow bisa membalap seperti itu karena dia bukan Lorenzo, bahkan juga bukan Pedrosa.

Crutchlow adalah Crutchlow, pebalap yang tahu bahwa konsep sederhana sebagai pebalap adalah memacu motornya lebih kencang dari pebalap lain. Menurut saya, Crutchlow bukan pebalap yang perhitungan seperti Rossi, Marquez, apalagi Lorenzo yang sudah memilih tidak sembrono dalam memacu motornya.

Semua pebalap itu sebenarnya seperti Crutchlow, yaitu berusaha mendorong habis-habisan motornya. Itulah mengapa, Crutchlow sulit untuk memenangkan balapan. Kebetulan juga, motor yang ditungganginya memang lebih cocok dibawa dengan cara demikian.

Seandainya Crutchlow tidak membalap seperti sedang "diburu polisi", motor Honda jauh di belakang. Kita bisa melihat pada awal musimnya Alex Marquez (2020). Atau, pada Lorenzo sendiri. Ia sangat kesulitan, karena dia tidak membawa motornya dengan agresif.

Keagresifan itu tidak lepas dari kepercayaan diri. Marc Marquez bisa menjadi yang terdepan dengan Honda, karena dia percaya diri. Ini yang kemudian memuluskan gaya membalapnya yang agresif. Bahkan, sampai diberi bukti dampak dari gaya membalapnya--kecelakaan parah.

Tetapi, kembali lagi pada prinsip dasar membalap tadi, bahwa menjadi pebalap memang seharusnya selalu berusaha melampaui kecepatan motor yang lain. Tidak ada pemenang yang hanya bermain aman dan menunggu pebalap lain yang ada di depannya jatuh.

Itulah mengapa, ketika Lorenzo mengatakan bahwa Yamaha telah memilih pebalap yang sering jatuh, itu adalah komentar yang tidak baik. Sekalipun memang ada faktanya, alias benar, tetapi itu tidak baik untuk diungkapkan.

Drama dimulai dari sini. Gambar: MotoGP/Instagram/Dokumentasi Pribadi
Drama dimulai dari sini. Gambar: MotoGP/Instagram/Dokumentasi Pribadi
Tidak semua hal yang benar, alias ada buktinya, dapat dikuak begitu saja. Perlu ada saringannya.

Apalagi, dia adalah figur publik, yang punya potensi dapat menginspirasi banyak orang. Maka, sebaiknya juga perlu mengerem hasratnya dalam menilai orang lain yang mana juga merupakan rekan seprofesinya.

Memang, saya juga tahu, bahwa Lorenzo bukan orang yang berusaha membuat pencitraan. Dia ekspresif, sekalipun sering dianggap tidak seramah Rossi. Tetapi, apa yang ia lakukan di media sosial membuat orang lain justru menganggap dia salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun