Apa hasilnya?
Tidak ada. Rossi yang akhirnya kembali membalap setelah motornya dipinjam untuk latihan bebas, malah tersungkur saat balapan. Di mana Lorenzo?
Hasil pengujian sirkuit itu bisa dikatakan takmaksimal, sekalipun motor itu nyatanya bisa mengantarkan Morbidelli sebagai runner-up di akhir musim. Dari sini kemudian, muncul anggapan bahwa Lorenzo sudah tidak cocok membalap lagi.
Itu dapat dilihat dari jarak waktu yang jauh antara catatan waktu Dani Pedrosa dengan Jorge Lorenzo. Padahal, Pedrosa setahun lebih dulu pensiun, dan dirinya juga bukan penyandang juara dunia.
Penilaian terhadap kualitas Lorenzo yang cukup identik mampu memberikan pengaruh pada perkembangan motor saat masih aktif membalap, seketika menguap. Lorenzo seperti sudah bukan Lorenzo yang mampu menaklukkan Marc Marquez di Mugello pada 2016 dan di Austria 2018.
Saat ini, Lorenzo adalah orang yang sudah menikmati masa-masa pensiun dan enggan bersusah-payah memacu adrenalin di lintasan. Artinya, keputusan Yamaha untuk mendepak Lorenzo juga bukan keputusan yang 100% salah.
Yamaha secara rasional memilih Cal Crutchlow sebagai pebalap penguji baru. Alasannya sudah jelas, Crutchlow baru saja mengakhiri musim balap profesionalnya tepat di akhir 2020.
Artinya, secara kebugaran, Crutchlow lebih siap daripada Lorenzo. Ia juga tidak seperti Lorenzo yang baru saja cedera panjang sebelum memutuskan pensiun.
Itu membuat Crutchlow tidak memiliki traumatik. Berbeda dengan Lorenzo yang punya kemungkinan masih trauma dengan cedera yang dia alami sejak akhir musim 2018--pasca insiden jatuh di lap pertama Aragon.
Dari sini, kita bisa memperkirakan skenario terbaik untuk Yamaha, yaitu menggunakan sosok yang lebih tahan banting daripada sosok yang terlihat berkualitas, tapi rapuh. Namun, pemilihan itu membuat Lorenzo seperti galau.