Tok, tok, tok! "Deddy! Kau ada di rumah?"
Belum ada sahutan.
Tok, tok, tok! "Deddy! Ini aku, (orang itu menyebut namanya)."
Masih belum ada sahutan. Bahkan, bisa saja tidak akan ada sahutan.
Orang itu kesal, juga bimbang. Dia telah datang ke rumah orang yang bernama Deddy untuk memberi sebuah barang. Itu adalah hadiah ulang tahun si Deddy, teman lamanya.
Dia berusaha sabar, duduk di salah satu kursi yang ada di beranda. Bahkan, akhirnya rokok sebatang dikeluarkan dari bungkusnya. Dia menyalakan rokok itu dan menghembuskan asapnya dengan sedikit kesal, karena pintu itu seperti takada tanda-tanda kehidupan.
"Sudah jam 10 lebih 5 menit, dia masih saja memeluk guling. Dasar bujang kalong!"
Setelah sebatang rokoknya habis, dia tersadar bahwa asap dan aroma rokoknya tidak mempan untuk memancing keluar temannya. "Sialan emang, si Deddy. Udah budek, hidungnya juga gak peka. Untung aku bukan pacarnya."
Akhirnya, orang yang ternyata perempuan itu berdiri. Dia sempat memikirkan sesuatu, tapi sepertinya dia memilih menggagalkan apa yang ia pikirkan. Dia memilih menuju sepeda motornya dan mengeluarkan sepeda motor itu dari halaman depan rumah Deddy.
Hari itu dia tidak bisa bertemu Deddy. Namun, esok hari dia berhasil menemui Deddy yang sedang ngopi bareng teman-teman "begundalnya". Kebetulan, dia juga ngopi dengan teman-teman kerjanya.
"Heh, besok aku ke rumahmu. Awas kalau kautidur!"