Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Liverpool bukan Real Madrid

9 Maret 2021   00:07 Diperbarui: 9 Maret 2021   00:39 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ayo, Liverpool! Gambar: Pool via Reuters

Juventus, Real Madrid, dan Barcelona adalah contoh bahwa mereka harus mengandalkan pemain terbaiknya untuk dapat terus mendongkrak timnya meraih kemenangan. Jika pemain andalannya absen, permainan langsung berubah drastis.

Lalu, menurut pengamatan sederhana saya, hanya ada tiga klub yang dapat bermain lebih kompleks. Mereka adalah Bayern Munchen, Manchester City (musim ini), dan Paris St. Germain (Neymar-Mbappe). Mungkin, ada yang mengernyitkan dahi terhadap nama terakhir.

Tetapi, patut diingat, bahwa di sana ada dua pemain hebat yang konsisten membawa PSG meraih kemenangan. Sekalipun, mereka tampil di "Liga Petani".

Sebenarnya, ada juga Tottenham Hotspur dengan duet Kane-Son, yang kini juga punya trio Bale-Kane-Son (BaKSo*). Tetapi, mereka biasanya bermain lebih simpel, dengan mengandalkan kemampuan mereka membangun transisi dari bertahan ke menyerang, bukan penguasaan bola.

Dari sini kita bisa melihat, bahwa jumlah tim yang tidak terlalu mengandalkan satu pemain terbaik masih sedikit dibandingkan tim yang mengandalkan satu pemain terbaiknya. Artinya, Liverpool tidak perlu merasa bersalah kalau nantinya hanya bertumpu pada satu pemain terbaik.

Saya ambil contoh dengan Real Madrid yang pernah mengumpulkan pemain-pemain terbaik seperti Cristiano Ronaldo, Ricardo Kaka, Karim Benzema, Angel Di Maria, Mesut Ozil, Sami Khedira, Toni Kroos, Luka Modric, hingga Gareth Bale. Tetapi, ujung-ujungnya yang terbaik adalah Cristiano Ronaldo.

Artinya, tidak ada dua panglima--diibaratkan sebagai pemain terbaik--di dalam satu tim di lapangan. Kalaupun, ada lebih dari satu panglima dalam satu tim, mereka harus bergantian mengisi masa keemasannya.

Maksudnya, jika musim ini Salah menjadi panglima, maka musim depan Mane yang menjadi panglimanya. Itu jika diberlakukan di Liverpool, yang sebenarnya juga pernah terlihat di musim 2017/18, 2018/19, dan 2019/20.

Seharusnya, itulah yang bisa dijadikan bahan introspeksi bagi Mane dan Salah jika mereka memang tidak ada yang akan pergi dari Liverpool musim depan. Itu pula yang nantinya bisa membuat permen karet yang dikunyah seperti permen karet baru, alias ada manisnya lagi.

Mane-Salah pernah jadi duet manis. Gambar: AFP/Jan Kruger/Getty Images Europe/Getty Images via AFP via Kompas.com
Mane-Salah pernah jadi duet manis. Gambar: AFP/Jan Kruger/Getty Images Europe/Getty Images via AFP via Kompas.com
Tetapi, kalau berdasarkan pengalaman Real Madrid yang menurut saya tim yang paling bagus mengelola pemain bintang, maka Liverpool juga harus rela melepaskan pemain bintangnya. 

Kita tentu tidak lupa dengan kepergian Raul Gonzalez, Gonzalo Higuain, Kaka, Mesut Ozil, bahkan Bale--dipinjamkan ke Spurs--dari Real Madrid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun