Jadi, kenapa semua orang (lelaki-perempuan) berlomba merundung lelaki atas dasar ghosting?
Apakah karena lelaki identik sebagai pemburu cinta, dan perempuan sebagai penunggu cinta? Lalu, bagaimana kalau itu yang membuat selamanya lelaki merasa di atas perempuan, hanya karena merasa dialah yang selalu menembakkan kata-kata (gombal amoh) cinta ke perempuan?
Pembahasan ini semakin runyam, hanya karena (si) ghosting. Atau, mungkin karena saya yang terlalu ribet dalam memaknai kehadiran (praktik) ghosting. Hahaha.
Malang, 3-3-2021
Deddy Husein S.
Boleh diklik: Suarantb.com, Grid.id, dan Kompasiana.com.