Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Bagaimana Kalau Teman Kita Tidak "Easy Going"?

28 Februari 2021   22:59 Diperbarui: 1 Maret 2021   22:15 5976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang merasa tidak mudah diajak bepergian? Kira-kira, apa alasannya?

Apakah benar, orang yang susah diajak bepergian adalah orang sibuk? Apakah orang yang diajak punya kesibukan luar biasa dibanding yang mengajak?

Dua pertanyaan itu saya tujukan kepada orang yang berada di dua situasi. Sebagai orang yang sedang diajak bepergian, dan sebagai orang yang sedang ingin mengajak bepergian.

Nyaris semua orang pernah berada di dua situasi tersebut. Sulit rasanya hanya pernah mengalami satu situasi saja.

Lalu, bagaimana dengan keberadaan istilah easy going?

Jika merujuk pada arti lugasnya, easy going adalah mudah bergaul. Artinya, itu semacam sifat, bukan sikap. Bahkan, easy going juga sering dikaitkan dengan zodiak.

Tetapi, saya tidak akan membahas easy going berdasarkan sifat dan apalagi zodiak, karena itu sudah banyak yang mengulas. Saya lebih tertarik dengan melihat easy going berdasarkan sikap alias tindakan.

Sikap memang sangat lekat dengan sifat, karena pembentukan dasarnya dari sana. Tapi, jangan lupa dengan dua faktor eksternal pada seseorang, yaitu pengetahuan dan pengalaman.

Dua faktor itu yang akan membuat seseorang dapat mengambil sikap dan membuat tindakan. Menurut saya, itulah yang akan membentuk sifat dan sikap seseorang menjadi relatif, sekalipun kita berada di tempat yang dipenuhi orang-orang yang secara dasar kepribadiannya sama.

Saya ambil contoh dasar kepribadian sederhana dengan meminjam istilah introvert dan extrovert. Kita tentu tahu, bahwa si introvert identik dengan pembawaan dirinya yang lebih banyak diam daripada extrovert yang mudah membuka basa-basi.

Tetapi, pernahkah kita berada di ruang yang berisi 70-90 persen orang extrovert atau introvert? Apakah mereka memiliki tindakan sama terhadap sesuatu?

Kalau berdasarkan pengalaman saya, saya sering berada di ruang yang berisi banyak introvert. Tetapi, sikap dan tindakan mereka seringkali berbeda.

Ada yang sangat tertata dalam membuat keputusan, ada yang masih sering mengandalkan keterdesakan. Ada pula yang mengambil keputusan karena menjadi pribadi yang terlalu mudah sungkan (people pleaser).

Penjabaran istilah People-pleaser. Gambar: diolah dari Google Translate
Penjabaran istilah People-pleaser. Gambar: diolah dari Google Translate
Kalau berdasarkan pengamatan sederhana saya, perbedaan itu karena faktor pengetahuan dan pengalaman. Tingkat yang berbeda terhadap dua hal itu akan membuat sikap dan tindakan orang yang sama-sama introvert akan berbeda pula.

Lalu, adakah kaitannya dengan easy going?

Tentu saja ada, karena contoh tersebut merupakan pengantar logika untuk memahami easy going yang dilihat secara sikap, yaitu sesuatu yang lebih eksplisit. Itulah mengapa, easy going yang dibahas di sini bukan tentang sifat mudah bergaul (implisit), melainkan sikap mudah diajak bepergian.

Alasannya, orang yang disebut mudah bergaul atau tidak biasanya perlu dilihat secara lebih cermat. Misalnya, mencari tahu apa dasar dari pembawaan dirinya yang terlihat pandai masuk ke ruang-ruang obrolan yang beragam.

Apakah memang karena dia menyukai situasi-situasi baru dan mampu beradaptasi cepat, atau dia punya misi khusus. Misalnya, ingin mempelajari hal baru dari lingkungan baru tersebut.

Berdasarkan pertimbangan itu, menurut saya menilai orang easy going berdasarkan sifat cenderung lebih sulit. Bahkan, tidak hanya berada di kisaran 50-50, tetapi bisa 30-70, yang artinya lebih mudah untuk salah tafsir terkait penilaian sifat easy going.

Berbeda dengan menilai orang easy going berdasarkan sikap. Sebagian besar terkaan akan tepat, walau tidak sampai 80-90 persen akurat. Minimal 60 persen benar, itu sudah bagus.

Misalnya, orang yang identik dengan ketidakmudahan diajak bepergian, namun di suatu waktu ternyata dia mudah diajak bepergian, pasti ada sesuatu yang membuatnya demikian. Salah satu pendorongnya, ternyata dia sedang suntuk di rumah saja.

Itu terlihat lebih mudah diketahui daripada orang yang "dasarnya" easy going. Seringkali, melihat mereka ada di mana-mana seperti sesuatu yang lazim. Sedangkan, melihat orang yang kurang easy going ada di mana-mana itu seperti sesuatu yang baru.

Lalu, apakah kemudian ini berkonotasi negatif?

Menurut saya, tidak negatif. Selama tindakan mudah diajak bepergian tidak digunakan untuk menipu atau menguras dompet orang yang mengajak bepergian, itu berarti masih normal.

Karena, adanya momen bepergian bersama itu bisa menjadi keuntungan bagi kedua belah pihak, si pengajak dan si yang diajak. 

Keuntungan bagi si pengajak, ia punya teman yang sudah akrab dan dapat diajak mengobrol apa saja selama bepergian.

Keuntungan bagi si yang diajak, ia bisa melihat suasana baru yang mungkin jarang dia lihat dan nikmati ketika sendirian. Artinya, dua belah pihak sama-sama merasakan momen penyegaran.

Biar tidak terlalu suntuk, perlu refreshing. Gambar: Pexels/Rachel Claire
Biar tidak terlalu suntuk, perlu refreshing. Gambar: Pexels/Rachel Claire
Momen ini yang sebenarnya paling utama untuk diperhatikan, karena hampir semua orang menginginkan hal ini ketika sedang bepergian. Hanya saja, tidak semua orang bisa melakukannya dengan mudah.

Ada orang yang tidak mudah bepergian karena berbagai alasan. Seperti tidak tahu tempat yang tepat untuk bersantai, atau karena dia tidak berani mengambil risiko terhadap tempat baru. Biasanya, selain karena faktor kenyamanan pada suasana, juga faktor keterjangkauan pada tarif.

Orang yang jarang bepergian cenderung berhati-hati untuk mampir ke suatu tempat baru, karena dua hal itu. Itulah mengapa, biasanya perlu bersama orang lain untuk tidak terlalu kesulitan menikmati suasana baru.

Termasuk kalau misalnya uang yang dibawa kurang, bisa pinjam dulu ke teman yang diajak. Asal, uangnya diganti di lain waktu, ya! Hehehe.

Melihat gambaran itu, maka kita bisa melihat kalau orang yang tidak mudah bepergian sewaktu-waktu juga dapat menjadi si pengajak. Walau, intensitasnya tak seperti orang yang mudah bepergian.

Sedangkan, orang yang mudah bepergian biasanya tidak menemui kendala ini. Karena, dengan jam terbangnya yang tinggi untuk masuk ke satu tempat baru menuju tempat baru lainnya, maka ia selalu bersiap-siap terhadap kemungkinan-kemungkinan buruk. Termasuk soal budget tadi.

Kemudian, orang seperti itu biasanya ingin menunjukkan keberhasilannya menemukan suasana baru yang menarik kepada temannya. Biasanya, orang yang mudah bepergian tidak ragu untuk merekomendasikan tempat baru kepada temannya lewat cara mengajaknya ke tempat tersebut.

Lalu, bagaimana jika ternyata temannya tidak mudah menerima ajakannya?

Itulah yang sebenarnya menjadi permasalahan laten dalam pertemanan dan menjadi pokok dalam tulisan ini. Tidak jarang, di antara jaringan pertemanan terdapat teman-teman yang tidak mudah diajak bersantai atau mengopi sewaktu-waktu.

Bahkan, terkadang ada keluhan semacam ini, "Aku selalu bisa kamu ajak ngopi, kok giliran aku yang ngajak ngopi, kamu sering gak bisa?"

Keluhan itu yang kemudian bisa menimbulkan sikap lain, misalnya menjadikan seseorang yang awalnya tidak easy going menjadi people pleaser. Daripada pertemanan rusak, hanya gara-gara tidak mudah diajak kongkow ria, bukan?

Padahal, sebenarnya sikap tidak easy going adalah hal wajar. Sekali lagi ingat, ini tentang sikap, bukan sifat. Artinya, orang yang secara sikap tidak easy going sebenarnya lebih bisa dimaklumi, daripada secara sifat tidak easy going.

Orang yang tidak mudah diajak bepergian bukan berarti dia antisosial. Bisa saja karena dia belum ada waktu untuk berkumpul dengan temannya, maka dia menolak ajakan ngopi. Atau, dia memang sedang tidak membutuhkan itu, karena dia masih baik-baik saja tanpa ngopi bareng teman-temannya.

Ilustrasi orang yang masih selalu bersemangat menghadapi rutinitas. Gambar: Pexels/Tima Miroshnichenko
Ilustrasi orang yang masih selalu bersemangat menghadapi rutinitas. Gambar: Pexels/Tima Miroshnichenko
Baik-baik saja di sini adalah ketika seseorang masih tetap segar dan bersemangat dalam menghadapi rutinitas. Kalau kemudian dia merasa tidak segar, baru dia akan membutuhkan momen untuk bertemu teman dan hanya menghabiskan waktu untuk berbincang segala arah (gak jelas).

Artinya, kalau kita punya teman yang jarang mengiyakan ajakan ngopi dan nongkrong di kafe setiap akhir pekan, itu pertanda baik. Karena, kita punya teman yang tahu kapan harus tetap pada rutinitasnya dan kapan dapat bersantai.

Lagipula, tidak easy going di sini masih berupa sikap, yang artinya dapat berubah-ubah menyesuaikan keadaan orang tersebut. Itulah kenapa, kita sebagai si teman, termasuk jika kita malah yang tidak easy going, seharusnya tidak menganggap ketidakmudahan diajak bepergian bukan suatu permasalahan besar dalam pertemanan.

Jadi, seharusnya kita dapat memaklumi sikap tidak easy going tersebut. Jangan sampai kita malah membuat orang yang demikian--termasuk diri sendiri--menjadi people pleaser, hanya karena merasa pertemanan menjadi tidak asyik akibat kurang intensitas bertemu.

Padahal, ngopi virtual juga bisa kok semasa pandemi begini. Hehehe. Boleh dicoba!

Malang, 27-28 Februari 2021
Deddy Husein S.

Terkait: Easy Going dalam arti kata (Dictionary.Cambridge.org), Easy Going dalam kacamata sifat (Genpi.co), Perbedaan Sifat dan Sikap (Prezi.com), dan People Pleaser (Psychologytoday.com).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun