Lalu, apakah kemudian ini berkonotasi negatif?
Menurut saya, tidak negatif. Selama tindakan mudah diajak bepergian tidak digunakan untuk menipu atau menguras dompet orang yang mengajak bepergian, itu berarti masih normal.
Karena, adanya momen bepergian bersama itu bisa menjadi keuntungan bagi kedua belah pihak, si pengajak dan si yang diajak.Â
Keuntungan bagi si pengajak, ia punya teman yang sudah akrab dan dapat diajak mengobrol apa saja selama bepergian.
Keuntungan bagi si yang diajak, ia bisa melihat suasana baru yang mungkin jarang dia lihat dan nikmati ketika sendirian. Artinya, dua belah pihak sama-sama merasakan momen penyegaran.
Ada orang yang tidak mudah bepergian karena berbagai alasan. Seperti tidak tahu tempat yang tepat untuk bersantai, atau karena dia tidak berani mengambil risiko terhadap tempat baru. Biasanya, selain karena faktor kenyamanan pada suasana, juga faktor keterjangkauan pada tarif.
Orang yang jarang bepergian cenderung berhati-hati untuk mampir ke suatu tempat baru, karena dua hal itu. Itulah mengapa, biasanya perlu bersama orang lain untuk tidak terlalu kesulitan menikmati suasana baru.
Termasuk kalau misalnya uang yang dibawa kurang, bisa pinjam dulu ke teman yang diajak. Asal, uangnya diganti di lain waktu, ya! Hehehe.
Melihat gambaran itu, maka kita bisa melihat kalau orang yang tidak mudah bepergian sewaktu-waktu juga dapat menjadi si pengajak. Walau, intensitasnya tak seperti orang yang mudah bepergian.
Sedangkan, orang yang mudah bepergian biasanya tidak menemui kendala ini. Karena, dengan jam terbangnya yang tinggi untuk masuk ke satu tempat baru menuju tempat baru lainnya, maka ia selalu bersiap-siap terhadap kemungkinan-kemungkinan buruk. Termasuk soal budget tadi.