Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Balap Artikel Utama

Menjelang MotoGP 2021, Repsol Honda Menjadi Tim Kuat atau Semenjana?

23 Februari 2021   20:23 Diperbarui: 25 Februari 2021   02:59 1091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pol Espargaro. Gambar: Twitter/HRC_MotoGP

Senin, 22 Februari 2021, pukul 18:00 WIB, Tim Repsol Honda resmi meluncurkan tim balapnya untuk MotoGP 2021. Mereka meluncurkannya secara daring di Youtube.

Saya yang kebetulan sedang membuka Youtube tentu tidak melewatkan kesempatan ini. Ada durasi 5 menit untuk menunggu sesi 'pembukaan layar' setelah pukul 18.00 berdentang.

Peluncuran tim balap Repsol Honda itu berlangsung sekitar 33 menit jika dihitung sampai layar yang menampilkan gambar HRC dan Repsol berganti ke gambar MotoGP. Bisa dikatakan cukup padat dan efektif.

Tidak seperti peluncuran tim di tahun 2020 yang masih dengan cara konvensional dan durasinya panjang. Beberapa orang yang mendapatkan kesempatan bicara seperti manajer dan kepala mekanik biasanya akan bercerita panjang-lebar.

Itu yang tidak terjadi kali ini, khususnya pada peluncuran tim Repsol Honda 2021. Mereka hanya menyampaikan yang penting, dan tentu porsinya seimbang antara "tim produksi umum", "tim produksi khusus", dan dua pebalapnya.

Tim produksi umum ini seperti Alberto Puig, Tetsuhiro Kuwata, dan Ana Camps. Sedangkan, tim produksi khusus seperti Santi Hernandez (kepala kru Marquez) dan Roman Aurin (kepala kru Pol). Mereka yang fokus bekerja langsung dengan para pebalap.

Durasi setengah jam juga cukup untuk menunjukan sejarah dan perubahan motor Honda dari tahun ke tahun dan dari era ke era. Tentu, sampai pada penampakan motor 2021 yang akan dikendarai Marc dan Pol.

Peluncuran Tim Repsol Honda di Youtube. Gambar: Dokumentasi pribadi/Youtube/MotoGP
Peluncuran Tim Repsol Honda di Youtube. Gambar: Dokumentasi pribadi/Youtube/MotoGP
Setelah menonton peluncuran itu, saya pun mencoba berpikir tentang apa yg bisa dilakukan Repsol Honda pada 2021. Apakah mereka kembali kuat, atau seperti 2020?

Ada dua sisi yang bisa dijadikan landasan sederhana dalam memprediksi kiprah Repsol Honda di musim 2021.

Pertama, dari sisi livery. Sisi yang sangat sederhana namun bisa menjadi patokan bagaimana tim ini mempunyai visi.

Jika dibandingkan tim balap lain, bahkan juga tim pabrikan lain, Repsol Honda cenderung tanpa inovasi terkait desain livery pada motor. Sejak 2010-an, livery Repsol Honda seperti yang kita lihat saat ini.

Nyaris bisa dikatakan persis. Hanya ada perbedaan pada nomor pebalap dan sedikit perubahan desain fairing.

Seandainya Ducati Team tidak mempopulerkan winglet dan aero-fairing, penampilan motor Repsol Honda 2021 akan persis dengan motor yang ditunggangi Valentino Rossi dan Nicky Hayden.

Lewat contoh ini, kita bisa tahu bahwa Repsol Honda cenderung tidak ingin mengubah sesuatu yang (mungkin) menurut mereka tidak berpengaruh terhadap pencapaian tim di MotoGP. Artinya, mereka bisa dikatakan sedikit "ortodok".

Berdasarkan pola ini, saya menjadi menemukan dasar bahwa Honda tidak akan melakukan perubahan besar-besaran, sekalipun musim 2020 adalah musim paling kacau. Artinya, ada kemungkinan bahwa Honda pada musim 2021 akan lebih realistis.

Sisi kedua untuk memprediksi bagaimana performa tim pabrikan Honda di MotoGP 2021 bisa dilihat juga dari misi belum komplet (mission uncompleted) pada 2020. Bisa dikatakan bahwa Repsol Honda sangat bergantung pada Marc Marquez, itu fakta.

Atas dasar itu, kemudian Honda (mungkin) menyimpan produk 2020 untuk kembali digunakan pada 2021. Pada proses ini, mereka bisa mencoba dua cara.

Cara pertama, melalui masa adaptasi Pol Espargaro. Cara kedua, mempelajari data yang dihasilkan Alex Marquez pada 2020.

Sekalipun Alex Marquez "hanya" pernah mampu meraih podium ketiga, itu adalah pencapaian terbaik Repsol Honda secara 'kasat mata'--yang takkasat itu kecepatan Marc di Jerez 2020. Dari pencapaian itulah, data Alex dapat diujikan kepada Pol Espargaro.

Memang, cara ini nyaris serupa dengan cara pertama. Tetapi, cara pertama lebih interpretatif, yaitu mengandalkan apa yang mampu dilakukan Marc Marquez sebelum kecelakaan.

Itu berbeda dengan cara kedua yang lebih kontekstual. Artinya, Alex Marquez-lah yang lebih tahu bagaimana performa motor 2020 sepanjang musim tersebut.

Berhubung pebalap Repsol Honda yang siap membalap sejak awal musim kompetisi 2021 adalah Pol--selain Stefan Bradl, maka dialah yang akan menjadi "kelinci percobaan" dalam menuntaskan misi yang belum komplet itu.

Sebagai penonton saja, saya masih meyakini bahwa produk 2020 bukan sampah. Hal ini juga seharusnya diyakini oleh pihak pengembang motor Honda.

Artinya, sebelum memastikan apakah motor yang dikembangkan untuk musim 2020 itu sudah layak "dimusiumkan", Honda perlu mencobanya lagi pada 2021. Apalagi, Honda juga punya wajah baru, yaitu Pol Espargaro.

Mengambil keputusan ini memang akan membuat Repsol Honda sangat bertaruh besar terhadap performa yang mungkin kalah cepat untuk adaptif dibanding tim lain.

Namun, jika merujuk pada kesepakatan pembekuan pengembangan mesin untuk 2021, maka semua tim juga akan menggunakan dasar motor yang sama seperti musim 2020.

Pengembangan mesin dibekukan pada 2021 akibat pandemi. Gambar: Dok.pribadi/Youtube/MotoGP
Pengembangan mesin dibekukan pada 2021 akibat pandemi. Gambar: Dok.pribadi/Youtube/MotoGP
Jadi, apa bedanya dengan yang dialami Repsol Honda?

Hanya saja, saya juga mempertimbangkan komposisi pebalap. Sejauh ini, komposisi pebalap yang terdapat perpindahan tim yang beda pabrikan hanya Repsol Honda.

Tim Monster Energy Yamaha memiliki pebalap baru, Fabio Quartararo. Tapi, dia adalah pebalap dari tim satelit Yamaha, Petronas SRT.

Itu juga terjadi pada Redbull KTM yang memiliki pebalap baru, Miguel Oliveira. Namun, dia datang dari tim satelit KTM, Tech3.

Melihat kriteria itu, maka komposisi pebalap pada Ducati Team juga serupa. Dua pebalap baru berasal dari tim satelitnya.

Aprilia awalnya sempat ingin mengisi joki pengganti Andrea Iannone dengan sosok Jorge Lorenzo. Tetapi, akhirnya mencari "jalan aman" dengan Lorenzo Savadori.

Jalan yang bisa dikatakan paling aman ditempuh oleh Suzuki Ecstar. Tim asal Jepang itu tidak mengganti komposisi pebalap sejak 2019, Alex Rins dan Joan Mir.

Situasi Suzuki bisa dikatakan bagus, jika dilihat lewat komposisi pebalap. Namun, jika dilihat dari struktur tim, Suzuki juga memiliki tanda tanya akibat ditinggal Manajer Tim, Davide Brivio.

Apa yang terjadi pada tim-tim tersebut, khususnya tim pabrikan, membuat Repsol Honda juga menempatkan diri pada situasi 50-50. Seharusnya begitu.

Tetapi, saya mengingat musim 2020 Repsol Honda sangat keteteran. Mereka seperti petualang yang kehilangan kompas--saya anggap kompasnya adalah Marc Marquez.

Maka dari itu, musim 2021 mereka harus menyiapkan secara matang tim yang bisa disebut tanpa kompas. Tetapi, kali ini petualang yang turun ke jalan tidak lagi buta arah, melainkan sudah menggunakan panduan alam.

Artinya, Repsol Honda kembali menjadi tim biasa yang perlu belajar dengan melihat situasi di sekitarnya. Termasuk, bagaimana mereka mampu memaksimalkan kedatangan Pol Espargaro.

Pol Espargaro. Gambar: Twitter/HRC_MotoGP
Pol Espargaro. Gambar: Twitter/HRC_MotoGP
Perlu kita ingat, bahwa Pol pernah mencicipi motor yang bisa disebut paling mudah, yaitu Yamaha lewat tim satelit. Saat itu, timnya bernama Tech3 Yamaha.

Kemudian Pol harus pindah ke tim pabrikan KTM, karena Yamaha sepertinya tidak bisa menyediakan tempat di tim pabrikan. Seperti yang dialami Andrea Dovizioso, dan tentunya pebalap-pebalap satelit Yamaha lain.

Lewat pengalaman bersama tim KTM, Pol pernah merasakan dua fase. Fase tidak enak dan enak.

Fase tidak enak, tentu merujuk pada masa awal KTM datang ke MotoGP. Mereka masih menjadi tim "kacang", karena terabaikan oleh kamera televisi di belakang.

Baca juga: KTM Si Pabrikan Bontot

Saat itu, Pol sulit untuk bisa bersaing dengan pebalap lain. Jangankan beradu cepat dengan tim sesama pabrikan, dengan tim satelit dari Ducati, Honda, dan Yamaha, mereka tak berdaya.

Satu-satunya kenangan manis Pol saat di fase itu adalah podium di lintasan basah 2018. Itu seperti kenangan manis Valentino Rossi dengan Ducati yang podium--3x dalam 2 musim--lewat kondisi lintasan basah.

Namun, pada 2020, Pol bisa dikatakan sedang mereguk fase enak bersama tim pabrikan KTM. Dia sering menempati podium, entah dengan keberuntungan atau dengan kesabaran.

Pol memiliki satu hal yang terkadang tidak terlihat pada kakaknya, Aleix Espargaro, yaitu kesabaran. Pol belajar dari insidennya gagal podium karena terjatuh.

Sejak itu, Pol menjadi lebih bersabar dalam melihat momentum. Ia menjadi tidak mudah jatuh dan hasilnya adalah podium dalam beberapa balapan.

Dengan cara itu, Pol diprediksi bisa membawa Repsol Honda juga dengan dua fase. Fase adaptasi dan fase menumbuhkan kepercayaan diri.

Menjadi penunggang motor Honda, apalagi di tim pabrikannya, jelas membutuhkan kepercayaan diri. Jika tidak punya itu, hasilnya akan sangat minim.

Bisa kita lihat pada Jorge Lorenzo. Dia kehilangan kepercayaan diri di Repsol Honda, dan hasilnya lebih buruk dari pencapaiannya di musim pertama dengan Ducati.

Artinya, ketika Pol sudah menyelesaikan fase adaptasinya, maka dia bisa memasuki fase kepercayaan diri. Soal berapa lama, itu tergantung pada Pol dan timnya.

Karena, keberhasilan Pol di musim terakhirnya di KTM juga tidak hanya karena kualitas balapnya, tetapi juga kualitas tim balapnya. Perlu tim yang sangat mendukung kemampuan pebalap untuk membuat pebalap dapat mengeluarkan segalanya di lintasan.

Secara kematangan tim, Repsol Honda jauh di atas Red Bull KTM. Tetapi, soal menata ulang kepercayaan diri tim, Repsol Honda bisa dikatakan tidak lebih tinggi dari Red Bull KTM.

Itu artinya Repsol Honda harus menata kepercayaan diri tim lewat kematangan tim. Bisa disebut juga pengalaman dalam mengatasi berbagai problem di masa lalu.

Repsol Honda harus mencari cara seperti ketika mereka kehilangan Valentino Rossi dan cara ketika Marquez gagal juara dunia saat 2015.

Cara itu yang bisa diimplementasikan ke musim 2021 dengan berbagai penyesuaian. Termasuk, penyesuaian pebalap barunya.

Jika itu dilakukan dan lancar, maka peluang Repsol Honda kembali sebagai tim kuat tak hanya 50-50, melainkan 60-40. Jika Marc Marquez kembali, bisa bertambah menjadi 70-30.

Meskipun, kita takboleh abai dengan tim lain yang saat ini berada pada fase kepercayaan diri tinggi. Suzuki memang diragukan kembali juara dunia, tapi bisa saja mereka kembali juara.

Begitu pula dengan Ducati Team yang sedang mengakomodir semangat pembuktian diri pada dua pebalapnya. Jack Miller dan Francesco Bagnaia.

Tim Red Bull KTM bisa berpeluang seandainya mereka bisa menguasai kembali sirkuit yang mereka menangi pada 2020. Ditambah evaluasi di sirkuit lain yang mereka gagal unjuk gigi.

Yamaha?

Saya belum dapat ilham terkait Yamaha. Mungkin, pembaca bisa membantu saya memprediksi Yamaha di musim 2021.

Intinya, Repsol Honda perlu bertarung dengan 4 kompetitor utama itu sejak awal dengan cara belajar dulu melihat situasi internal (tim) dan eksternal (tim lain). Mereka tidak bisa menggunakan cara memulai musim seperti pada 2020, karena mereka sekarang bukan sang juara bertahan.

Jika sudah demikian, maka mereka saat ini bisa disebut tim kuda hitam. Tinggal, apakah mereka akan memperbesar statusnya sebagai tim kuat, atau betah menjadi tim medioker hingga Marquez kembali menemukan jati dirinya di lintasan.

Kapan kembali, Marc? Gambar: Twitter/HRC_MotoGP
Kapan kembali, Marc? Gambar: Twitter/HRC_MotoGP
Selamat menantikan MotoGP 2021!

Malang, 23 Februari 2021
Deddy Husein S.

Terkait: Youtube/HRC

Tersemat: Kompas.com dan Gridoto.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun