Padahal, semua musik hadir dengan beragam ciptaan nada. Sekalipun ada wujud pop, rock, dangdut, dsb. itu bukan berarti mengkotak-kotakkan selera dan memukul rata semua musik ke dalam genre tersebut.
Tidak semua lagu rock (maaf) "tidak bisa didengar". Ada saja lagu yang bisa didengar dari aliran itu, yang kemudian berkembang dengan berbagai aliran lain.
Salah satunya, rock-alternative yang saya sering dengar lewat Linkin Park dan Muse. Tetapi, lagu mereka juga tidak semuanya saya suka.
Apakah cara saya menilai itu semua bertele-tele? Menurut saya memang harus begitu. Orang boleh suka sesuatu, tapi jangan sampai dibutakan oleh apa yang disukai.
Hal ini juga berlaku dalam hal menilai sesuatu yang kurang disukai. Misalnya, saya kurang akrab dengan musik dari Avenged Sevenfold, Metallica, hingga Nirvana. Namun, saya juga pernah mendengar dan mengunduh lagu mereka saat saya masih ngewarnet.
Karena, saya juga menemukan ada yang sesuai dengan selera telinga saya. Dan itu tidak masalah kalau disajikan oleh grup musik yang sebagian besar lagunya saya dengar saat bermain gim PS2 "Guitar Hero".
Cara saya menerima lagu atau musik juga berlaku ketika Indonesia sedang "diinvasi" musik dari Korea, yang akrab disebut KPop. Hampir semua muda-mudi larut ke dalam musik KPop. Lalu, apakah saya anti dengan musik tersebut?
Tidak. Namun, kalau disebut sering mendengar juga tidak.
Saya tahu dan mengenal lagu-lagu KPop sejak 2011-an. Tahun yang sama dengan maraknya muda-mudi di sekitar saya menyukai lagu-lagu dari Jepang, khususnya yang berwujud grup idol, seperti AKB48 dan Babymetal--yang ini masih bisa disebut grup band.
Saya juga pernah mendengar lagu mereka. Tapi, jangan paksa saya untuk menyebut semua lagu yang pernah saya dengar. Stok 1500 kata akan terlampaui untuk menyebut judul-judul lagu yang saya dengar dari berbagai aliran, termasuk "aliran" Sobat Ambyar.