Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kritik, Kurang Cantik tapi Menggoda

14 Februari 2021   22:15 Diperbarui: 18 Februari 2021   20:32 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahap itulah yang membuat orang-orang yang dikritik sebenarnya sudah layak diapresiasi. Hanya saja, ada dua jenis apresiasi yang ada, yaitu proaktif (setuju) dan kontradiktif (berlawanan).

Apresiasi yang mengandung unsur proaktif, berarti akan berwujud pada pujian. Siapa orang yang tidak mau dipuji?

Saya pun mau, walau saya lebih memilih diberi bayaran uang dibandingkan hanya pujian. Becanda.

Apresiasi kedua adalah berunsur kontradiktif. Berarti, akan berwujud kritikan.

Ilustrasi mengapresiasi; setuju atau berlawanan. Gambar: Antotunggal.com via Dekadepos.com
Ilustrasi mengapresiasi; setuju atau berlawanan. Gambar: Antotunggal.com via Dekadepos.com
Berdasarkan penjelasan tersebut, kita bisa sepakat dan mengingat bahwa kritik itu juga apresiasi. Hanya saja, yang kemudian sering menjadi perdebatan adalah terkait cara penyampaian, alias tata bahasa yang digunakan.

Misalnya, ada orang penggemar bola Indonesia yang langsung bilang, "PSSI Goblok!"

Coba bandingkan dengan, "PSSI sangat lambat dalam mengatasi polemik akibat Covid-19 dan menghadapi izin kompetisi dari POLRI yang takkunjung turun. Pihak DPR Komisi X dan Kemenpora juga cenderung kurang bergelora menghidupkan kembali sepak bola. Padahal, mereka ada di bagian yang seelemen dengan PSSI, yaitu olahraga."

Dua contoh itu sama-sama menyalurkan rasa kecewa, tetapi dengan cara yang berbeda. Contoh pertama, jelas itu adalah olok-olok. Itu seperti ketika seorang siswa yang mengatakan ke siswa lain dengan dua kata, "Dasar goblok!"

Kalau sudah demikian, kita wajib menyadari bahwa mengkritik itu sangat tidak mudah. Selain harus ikhlas, punya modal sekalipun sedikit, juga harus bisa mempertimbangkan bagaimana tata bahasa yang digunakan.

Selain itu, kritikan juga selalu dianggap kurang cantik, karena jika dibaca sekilas akan menimbulkan kekecewaan. "Sudah dikasih hati kok meminta lainnya", ibaratnya begitu kalau membaca kritikan secara sekilas.

Namun, pada kenyataannya kritikan itu tetap menjadi bagian dari sebuah tindakan yang sudah telanjur ada. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, bahwa kritik itu adalah apresiasi. Berarti, harus ada sesuatu dulu, baru diapresiasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun