Pada malam 5 Februari 2021, saya menemukan berita segar, yaitu tentang Bagus Kahfi yang resmi dikontrak FC Utrecht dengan durasi 18 bulan, alias sampai pertengahan tahun 2022. Sebagai orang Indonesia, tentu saya senang membaca berita itu.
Sebuah harapan baru, bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk melihat para pesepak bola Indonesia mulai berani menjalin interaksi dan menerima tawaran dari klub luar negeri. Apalagi, jika pemain yang bersangkutan juga masih muda, maka ada harapan yang namanya proses.
Dulu, ketika saya masih "belum sadar" dengan apa itu sepak bola, Indonesia juga pernah melakukan upaya membangun "koloni" hebat untuk sepak bola Indonesia lewat kerjasama dengan Italia. Kerjasama itu kemudian kita kenal sebagai "Indonesia Primavera" dan "Indonesia Baretti".
Jika merujuk pada laman media massa, sebutannya "PSSI Primavera" dan "PSSI Baretti". Namun, saya lebih srek dengan sebutan 'Indonesia'.
Seperti namanya, Primavera, maka itu berarti sebuah klub di Italia berisi pemain muda yang biasanya bermain di level U-23 sampai yang termuda. Mereka akan bermain selayaknya tim senior yang memiliki kompetisi semusim penuh, itu juga berlaku pada Tim Indonesia Primavera.
Beberapa alumni yang saya ingat adalah Kurniawan Dwi Yulianto, Kurnia Sandi, dan Bima Sakti. Sebenarnya, masih banyak dan pembaca bisa mencari tahu sendiri atau baca di sumber yang saya cantumkan di akhir tulisan.
Hipotesis dari kemunculan tim pengembangan bakat ini adalah jika di dalam skuad berisi pemain-pemain yang sudah lama bermain bersama, maka adaptasi antarpemain menjadi singkat tatkala dipanggil timnas. Apalagi, para pemain muda, khususnya di Indonesia biasanya masih belum memiliki kompetisi semapan level senior.
Setelah 'era Indonesia-Italia', perlu waktu yang cukup lama untuk memunculkan lagi pembentukan tim yang kini dikirim ke Uruguay. Tim pengembangan bakat sepak bola untuk pemain muda Indonesia itu bernama Sociedad Anonima Deportiva (SAD) Uruguay.
Pemilihan Uruguay saya duga karena kedekatan sepak bola Indonesia dengan pemain-pemain asing dari Amerika Latin, salah satunya Uruguay. Kebetulan pula, sepak bola Amerika Latin sering melahirkan regenerasi pesepak bola hebat tanpa pernah putus. Sebut saja Pele, Kempes, Maradona, Batistuta, Ronaldo, Ronaldinho, Kaka, Messi, hingga Neymar Jr.
Selain itu, secara iklim, Benua Amerika, khususnya Amerika Selatan mirip dengan Indonesia. Ini membuat pemain dipastikan minim alasan terkait adaptasi cuaca.