Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Belajar dari Atalanta yang Tidak Bergantung dengan Satu Pemain

30 Januari 2021   22:35 Diperbarui: 31 Januari 2021   10:20 1297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski demikian, mereka punya syarat untuk membuat Papu tidak menyeberang ke klub rival, seperti AC Milan dan Inter Milan. Seandainya, dia berseragam Inter mungkin dia akan merasa masih bermain di Atalanta. Hehe.

Kini, Papu resmi berseragam "putih" Sevilla. Dia ditebus dengan hanya 8,5 juta Euro dan memperoleh kontrak 3,5 tahun.

Faktor harga murah bukan hanya karena usia Papu yang sudah 32 tahun, melainkan karena pihak Atalanta ingin segera memisahkan Papu dengan Gasperini. Mengapa?

Karena, dengan masih adanya konflik internal, maka konsentrasi klub akan terpecah dan dapat berlarut-larut. Ini seperti Arsenal dengan Mesut Ozil, yang sempat membuat adanya dua kubu. Satu kubu pro Ozil, satu kubu pro Arteta.

Situasi semacam itu tentu mengganggu konsentrasi pemain di lapangan. Termasuk sang pelatih yang harus terganggu dengan sentimentil dalam urusan meracik strategi.

Akhirnya, keputusan Atalanta melepas Papu adalah tindakan tepat. Sekalipun, Papu adalah pemain penting di Atalanta, mereka berani bermain tanpa Papu.

Skuad Atalanta saat masih ada Papu Gomez (bawah: dua dari kanan). Gambar: via Worldfootball.net
Skuad Atalanta saat masih ada Papu Gomez (bawah: dua dari kanan). Gambar: via Worldfootball.net
Memang, hal itu sempat membuat Atalanta terlihat labil, namun Gasperini juga terlihat sudah memiliki cara untuk dapat bermain sesuai keinginannya tanpa ada Papu. 

Para pemain pun terlihat tetap menghormati Gasperini, karena mereka masih percaya dengannya dan karena pihak petinggi klub juga cepat mengambil keputusan.

Berdasarkan pengalaman Atalanta ini, saya berpikir bahwa semua klub juga bisa belajar dari Atalanta. Berani melepas ketergantungan pada sosok penting dan berani menentukan keberpihakan pada salah satu kubu yang dinilai lebih tepat untuk dipertahankan.

Ini seperti ketika Manchester United sedang menghadapi konflik internal antara Jose Mourinho dengan Paul Pogba. Perbedaannya, Man. United memilih Paul Pogba, bukan Mourinho.

Walaupun, saya juga tidak tahu bagaimana nasib Man. United jika mereka memilih keputusan yang berbeda. Karena, setiap keputusan pasti ada konsekuensinya masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun