5. Cesc Fabregas (Arsenal)
Sebenarnya saya tidak kaget jika klub yang paling banyak "menyebar" toxic relationship adalah Arsenal. Karena, jika merujuk pada pengamatan pribadi saya, memang klub ini sering menimbulkan hubungan yang kurang bagus bagi pemainnya, khususnya dalam hal prestasi.
Ibaratnya, pasangan yang sedang pacaran lama tapi tidak kunjung menikah. Kira-kira begitulah yang terjadi pada Arsenal dengan pemainnya.
Memang, secara gelar Arsenal tidak sekering Tottenham Hotspur yang dianggap telah mengubah peta 'Big 4' menjadi 'Big 6'. Tetapi, setiap pemain yang membela Arsenal pasti ingin juara Premier League--bukan "hanya" Piala FA atau Community Shield.
Itu karena, nama Arsenal sangat terkenal seperti Manchester United dan Liverpool. Tetapi, sejak Arsenal mampu menoreh tinta emas Premier League pada 2003-04, sejak itu pula Arsenal seperti mendapatkan kutukan dari Premier League.
Arsenal sampai saat ini gagal meraih gelar juara liga lagi. Uniknya, para mantan pemainnya justru banyak yang sudah dapat memupus dahaga juara liga, seperti Samir Nasri, Bacary Sagna, Gael Clichy, van Persie, Alex Song (di Barcelona), hingga tentunya yang terbaik adalah Cesc Fabregas.
Ketika Fabregas gagal meraih gelar prestisius di Premier League bersama Arsenal, ia justru panen gelar bersama Barcelona. Ketika ia kembali ke Premier League (2014-2019), gelar liga itu juga mampir ke CV-nya dua kali.
Secara kenangan terkait kesetiaan memang manis. Tetapi, untuk apa setia kalau tidak kunjung memperoleh tujuan yang dicita-citakan bersama?
6. Bambang Pamungkas (Persija)
Ada yang terkejut nama ini ada di daftar? Tenang, saya mencantumkan sosok legendaris ini saat 'tragedi' 2012, yaitu ketika terjadi perbedaan pendapat antara Persija dengan Bambang Pamungkas (Bepe).
Seingat saya, permasalahan itu tidak lepas dari adanya dualisme dalam sepak bola Indonesia. Dualisme itu bahkan membuat Timnas Indonesia juga terpecah menjadi dua. Lucu? Tidak. Itu tragis!
Hal itu kemudian berimbas juga pada karier Bepe. Bepe yang mengutamakan profesionalitas di atas kepentingan-kepentingan kelompok tertentu, akhirnya sempat vakum berkarier di level klub, sejak mengakhiri kerjasama dengan Persija (ISL).