Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Ibu Tetap "Santuy" Ketika Saya Mendengar Lagu "Tenda Biru"

9 Januari 2021   17:22 Diperbarui: 9 Januari 2021   17:24 1091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya senang pernah mendengar lagu-lagu 90-an. Gambar: Pexels/Andrea Piacquadio

Saat mendengar alasan itu, ibu saya mulai mengerti. Begitu juga dengan saya yang memahami kekhawatiran ibu saya.

Meskipun ini "hanya" soal musik, pada akhirnya juga butuh dialektika agar tidak terjadi salah paham dalam memahami selera orang di dalam rumah. Itulah yang juga ingin saya sarankan kepada kaum orang tua masa kini.

Lalu, dari sekelumit perjalanan awal saya mengenal musik, saya juga mengingat lagu yang pernah mengisi momen akhir pekan bersama radio. Banyak lagu cinta yang saat saya SD (sudah 2000-an) menjadi lekat di telinga saya. Salah satunya adalah "Tenda Biru".

Lagu yang dinyanyikan Desy Ratnasari itu sebenarnya produk 90-an (1996 menurut Kompas). Tetapi lagu seperti "Tenda Biru" dan "Aku Tak Biasa"-nya Alda Risma (1998) sering diputar di radio pada era 2000-an, khususnya saat sore hari.

Bahkan, uniknya lagu itu juga pernah diputar saat pemasangan tenda pernikahan di kampung tempat tinggal saya dulu. Apa mungkin si pemasang tenda pernah ditinggal menikah tanpa undangan?

Ibu saya mengidolakan Desy Ratnasari. Gambar: via Kompas.com
Ibu saya mengidolakan Desy Ratnasari. Gambar: via Kompas.com
Walaupun saat itu, bahkan sebelum SD saya sangat familiar dengan lagu-lagu cinta 90-an, termasuk "Tenda Biru", nyatanya tidak membuat masa kecil saya suram. Justru, saya merasa beruntung dengan pengalaman itu karena dapat membuat saya sering merasa cepat nyambung ketika berbincang dengan orang lebih tua, khususnya dengan topik musik lama.

Artinya, musik bisa menjadi salah satu sumber literasi bagi pendengarnya termasuk anak-anak. Bahkan, meskipun musik tersebut seringkali berada di atas pemahaman anak-anak.

Saya pun takbisa membayangkan bagaimana sekarang saya bisa menulis artikel ini jika saya tidak pernah mendengarkan lagu "Aku Tak Biasa" (Alda Risma), "Kisah-Kasih di Sekolah" (Obbie Messakh/Chrisye), "Kala Cinta Menggoda" (Chrisye), "Andaikan Kau Datang Kembali" (Koes Plus), sampai "Kupu-Kupu Malam" (Titiek Puspa). Padahal, saat lagu-lagu itu sering diperdengarkan, saya masih kecil.

Jika saya tidak pernah mendengarkan lagu-lagu itu, tentu rasanya aneh jika harus menulis tentang musik 90s. Itu belum lagi jika menyinggung musik dari luar negeri dan tentunya malah makin lekat dengan cinta.

Jadi, lewat tulisan ini, saya hanya ingin mengatakan bahwa tetaplah santuy ketika mendengar anak-anak kecil di perkampungan sering menyanyi lagu-lagu cinta dan lagu-lagu dewasa. Karena, kelak saat mereka sudah dewasa itu akan menjadi salah satu warisan literasi musik yang berharga baginya.

Saya senang pernah mendengar lagu-lagu 90-an. Gambar: Pexels/Andrea Piacquadio
Saya senang pernah mendengar lagu-lagu 90-an. Gambar: Pexels/Andrea Piacquadio
~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun