Dari situ saya melihat Pak Tjipta tahu apa yang perlu dilakukan dan apa yang belum perlu dilakukan. Soal apakah itu ada peran besar dari Bu Lina, mungkin saja. Malah, jika memang karena ada sumbangsih dari Bu Lina--dalam hal Pak Tjipta berkarya, maka saya pikir tepat bahwa sejoli ini adalah dua pribadi yang menjadi satu karena rasionalitasnya (1).
Memang di awal saya melihat profil Bu Lina di Kompasiana, saya lebih fokus pada dua hal. Pekerja keras dan setia.
Setia ini bukan karena melihat usia pernikahannya dengan Pak Tjipta yang sudah setengah abad lebih, melainkan karena hasil tebak-tebakan saya saja berdasarkan profil yang ada di akun Kompasiana Bu Lina. Setahu saya orang yang seperti Bu Lina itu setia.
Kalau sudah merasa cocok dengan satu orang tersebut, dia akan berusaha mempertahankan hubungannya. Bahkan, dia juga sangat percaya dengan orang yang sudah dianggap cocok itu.
Akibat kesetiaan dan kepercayaannya terkait orang yang sudah ia anggap cocok itulah kemudian muncul hal lain, yaitu kerja keras. Kerja keras ini bukan hanya karena untuk kepribadiannya sendiri, melainkan juga untuk orang yang sudah ia anggap cocok tersebut.
Kerja keras juga merupakan salah satu bukti adanya peran rasionalitas dalam praktik keseharian seseorang. Jika seseorang sudah menggunakan rasionalitasnya, maka sulit baginya untuk bersantai-santai.
Hal itu yang kemudian saya pikir ada di Bu Lina. Dan, ternyata saya juga mendapatkan kesempatan untuk melihat salah satu buktinya langsung, yaitu saat Bu Lina membagikan kisahnya tentang rutinitasnya mendata nama kompasianer.
Menurut saya itu merupakan tindakan rasionalitas, karena ada kaitannya dengan upaya mencari solusi terkait permasalahan interaksi dan keterbacaan tulisan di Kompasiana. Juga, karena adanya ide tentang bagaimana cara mempererat tali silaturahmi dengan para kompasianer.
Berkat rutinitas Bu Lina itu, Pak Tjipta juga terlihat terbantu untuk selalu rajin bertegur sapa dengan para kompasianer. Karena, data relasi kompasianer dan pengingatnya sudah ada, yaitu dari sang istri tercinta. Keren, kan?
Lewat kisah Bu Lina yang tidak pernah capai mendukung Pak Tjipta. Juga lewat kisah Pak Tjipta yang takpernah lelah untuk berkarya. Di situlah saya mendapatkan kunci keramat atas kelanggengan hubungan mereka, yaitu kerjasama.