Itulah mengapa, saya semakin jarang tertawa ketika membuka media sosial, kecuali Youtube. Sudah beberapa kali saya mengungkap pandangan saya terkait Youtube, bahwa platform ini sebenarnya lebih tepat disebut media kreatif dibanding media sosial.
Namun, saya juga memaklumi perkembangan Youtube saat ini yang sudah menyerupai media sosial. Itu menandakan bahwa media sebesar Youtube saja harus tunduk dengan permintaan pasar.
Walau begitu, saya masih lebih senang membuka Youtube daripada membuka medsos lain. Itulah mengapa, kalau saya sedang tidak ada kepentingan di dalam medsos pasti tidak akan saya buka.
Lalu, apakah Indonesia harus meniru saya?
Tentu saja tidak. Indonesia harus tetap membuka pintu dan jendelanya. Karena, itu justru lebih baik, daripada semakin tertutup dan mencari keasyikan sendiri. Nanti makin ketinggalan zaman!
Indonesia juga bukan untuk menghidupi satu orang, satu karakter, dan satu selera. Indonesia menghidupi lebih dari itu. Itulah mengapa, jangan meniru saya.
Walaupun demikian, saya juga tidak pelit untuk berbagi satu hal yang mungkin bisa diadaptasi oleh Indonesia dari apa yang biasanya saya lakukan. Apa itu?
Indonesia butuh ngopi agar dapat tertawa, seperti saya ketika ingin tertawa. Biasanya ketika kepala saya sudah semakin pekat isinya, maka saya butuh ke luar dan ngopi.