Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Kaleidoskop 2020 dan Kebanggaan menjadi Kompasianer

20 Desember 2020   16:15 Diperbarui: 22 Desember 2020   08:39 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mungkin cukup berlebihan, saya menyamakan diri seperti Iniesta. Tetapi, saya merasa ada keajaiban bisa menangkring di nominasi Kompasianival 2020. Gambar: via Goal.com

Kata orang, "biarkan tulisan kita menemukan jalannya sendiri", maka saya terkadang menerapkannya. Dan, mungkin itu yang mengantarkan saya mencapai kursi nominator di Kompasianival 2020.

Seandainya Kompasianival 2020 diselenggarakan secara off-air, dan saya berdomisili Jakarta--peluang saya hadir lebih besar, tentu saya tidak bisa membayangkan pikiran saya ketika duduk di antara nominator lain. Bahkan, saya berpikir para nominator Kompasianival mendapatkan tempat duduk seperti para pemain sepak bola dunia yang menghadiri Ballon d'Or.

Mungkin, saya akan seperti Andres Iniesta yang diantarkan ke kursi nominasi karena keberhasilannya membuat keajaiban di Piala Dunia 2010. Tetapi, dia tetap sadar bahwa ada pemain hebat lain yang sedang digandrungi banyak orang. Itu yang membuatnya cukup senang saja sudah duduk di barisan depan--dengan Xavi dan Messi.

Mungkin cukup berlebihan, saya menyamakan diri seperti Iniesta. Tetapi, saya merasa ada keajaiban bisa menangkring di nominasi Kompasianival 2020. Gambar: via Goal.com
Mungkin cukup berlebihan, saya menyamakan diri seperti Iniesta. Tetapi, saya merasa ada keajaiban bisa menangkring di nominasi Kompasianival 2020. Gambar: via Goal.com
Saya pun sepertinya sudah cukup seperti itu. Sekali lagi, saya menilai kiprah diri saya dengan mata dan kepala, bukan perasaan--suka dan tidak suka.

Itulah yang membuat saya sering harus berlegawa ketika gagal mencapai podium di pacuan lomba mana pun. Karena, saya tahu diri.

Seandainya saya menggunakan perasaan, mungkin saya sudah banyak menghabiskan waktu untuk mengukur dalamnya rasa iri saya kepada setiap orang yang selalu menikmati anugerah-anugerah. Tetapi, itu tidak saya lakukan.

Waktu terus berjalan. Sesuatu yang sudah terjadi biarkan saja demikian. Lebih baik mempersiapkan yang akan mungkin terjadi di depan.

Ini juga saya lakukan ketika saya menjadi salah satu di antara nominator di Kompasiana. Saya lebih fokus untuk menjaga konsistensi menulis saya dan mensyukuri diri jika di antara tulisan-tulisan terbaru itu ada yang berhasil membuat saya tersenyum seraya berpikir bahwa, "oh ini yang bisa mengantarkan saya kemarin bisa menjadi nominator di Kompasianival 2020".

Lalu, bagaimana jika tidak?

Maka, saya biarkan penghujung 2021 nanti yang menjawabnya. Sepakat?

Sekiranya, begitulah seiris cerita saya khusus di Kompasiana selama 2020. Ternyata panjang, ya? Entah, sudah semua saya ceritakan atau belum. Semoga, ada yang bisa pembaca ambil manfaatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun