Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mulai dari Kompasianival 2020 untuk Membangun Kepercayaan Diri

23 November 2020   04:54 Diperbarui: 23 November 2020   05:13 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Acara besar Kompasiana 2020. Gambar: Kompasianival.com

Tidak ada orang yang hidup tanpa harapan. Namun, untuk hidup tidak hanya berharap, tetapi juga berjuang.

Melalui tulisan ini, saya ingin menyampaikan rasa terima kasih saya kepada banyak orang, karena pasti lebih dari dua orang yang telah rela memilih saya untuk menjadi nominator di Kompasianival 2020. Ini sangat di luar ekspektasi, walaupun saya tentu memiliki ekspektasi tersebut.

Sebagai orang yang sudah telanjur menampakkan diri lewat tulisan di Kompasiana, tentu saya juga menaruh banyak harapan. Entah itu dimulai dari upaya menang blog competition.

Berharap menang di Samber THR, karena itu adalah kompetisi yang sangat melelahkan. Juga berharap suatu saat nanti ada di jajaran nominasi Kompasianival.

Sungguh, saya tidak naif terhadap hal itu. Tetapi, ketika saya melihat bahwa semua hasil tidak ada yang cepat prosesnya, maka saya mulai bersabar. Minimal dimulai dari hal-hal yang paling ingin diharapkan terlebih dahulu, yaitu mendapatkan KRewards dengan nominal banyak.

Mengapa hal itu yang justru diharapkan terlebih dahulu?

Karena, agar saya dapat terus online di Kompasiana, saya harus menyediakan cukup uang untuk membeli kuota. Artinya, ada usaha, ada modal, juga harus ada sirkulasi. Jika tidak ada, bagaimana "kehidupan" bisa terus berjalan?

Kalau tidak ada sirkulasi, mampet. Gambar: via gias.co.id
Kalau tidak ada sirkulasi, mampet. Gambar: via gias.co.id
Namun, ternyata hal itu juga tidak mudah. Memang, saya masih cukup konsisten memperoleh KRewards. Tapi, semakin lama semakin memprihatinkan. Sampai puncaknya, saya dalam beberapa waktu harus absen mengunggah tulisan.

Bukan karena saya mengambek, tetapi karena sirkulasi 'dapur kreatif' saya menjadi gelagapan. Secara gairah (passion), saya tentu menginginkan untuk rajin menulis di Kompasiana. Tetapi, jika sirkulasinya tidak bagus, maka saya harus mengutamakan yang lain.

Saat seperti inilah terjadi kegundahan. Khususnya saat mendekati momen Kompasianival ini.

Jujur saja, saya kemudian menurunkan ekspektasi saya untuk bisa ke sana. Bahkan, minimal untuk menembus nominasi saja, saya sudah tidak acuh. Mengapa? Karena, nanti saya juga pasti tidak bakalan hadir ketika misalnya para nominator wajib terhubung lewat aplikasi pertemuan daring.

Paling mentok, saya akan menonton streaming-nya saja. Hal yang lebih saya suka dan saya tahu itu tidak akan memakan kuota banyak, karena resolusinya bisa diminimalisir sampai 144p.

Artinya, tahun ini saya sudah tahu diri. Mungkin, tahun depan saya bisa lebih matang, atau lebih percaya diri untuk menjadi nominasi di Kompasianival.

Namun, ternyata tidak demikian. Justru saya dinominasikan saat ini, dan sebenarnya saya sangat berterimakasih banyak kepada yang berupaya membuat saya lolos ke tahap nominasi.

Walaupun, saya pernah menjadi orang di balik layar beberapa kompetisi, yang mana saya tahu bagaimana mempertimbangkan orang untuk pantas lolos dan tidaknya, tapi kali ini saya juga terbengong-bengong. Apakah memang saya lolos karena jumlah pengajuan nominasi memenuhi kriteria, atau hanya karena faktor giliran saja?

Saya pun kemudian masih berpikir bahwa ini pasti ada indikasi penggiliran. Mumpung saya orang baru dan terlihat cukup mencuri perhatian, maka saya diajukan saja tahun ini. Apa pun hasilnya, yang penting tahun depan bisa diganti oleh yang lainnya lagi.

Tetapi setelah membaca tulisan hat trick-nya Pak Kartika, saya mulai berpikir bahwa bisa saja penjumlahan suara pengajuan--atas dasar ketertarikan banyak orang terhadap tulisan Kompasianer tersebut--memang bisa menjadi tolok-ukur utamanya. Soal apakah saya dimasukkan karena penggiliran atau tidak, biarkan saja 'orang dalam' yang tahu.

Artinya, kini saya menghargai posisi saya sebagai nominator di Kompasianival dengan bidang "Best in Specific Interest". Bidang ini cukup sesuai target saya pribadi di masa awal menulis, karena berharap saya bisa dikenal sebagai penulis yang antusias dengan satu hal, khususnya olahraga/bola.

Hal ini saya idamkan, karena selama ini saya cenderung ingin menulis semuanya. Bahkan, sebenarnya saya juga tergoda untuk menulis tentang politik dan pemerintahan. Tetapi, karena saya masih muda dan ingin main aman--tidak ingin dikeroyok, maka saya tetap bertahan di zona nyaman saya.

Namun, jika saya berpikir bahwa saya sudah cocok (baca: bagus) di zona ini sebenarnya tidak juga. Karena, di zona yang khususnya berbicara tentang olahraga, saya pikir ada orang yang lebih menarik tulisannya dibandingkan saya, yaitu David Abdullah.

Entah kenapa, banyak nama Abdul akhir-akhir ini muncul di beranda Kompasiana. Salah satunya yang biasa saya panggil Bang David ini.

Menurut saya, dia yang sebenarnya lebih pantas mengisi Best in Specific Interest, apalagi kalau berbicara tentang bola, dibandingkan saya. Riset yang dia lakukan bisa sampai mengakar--walau lebih mengakar saat membahas Whisper, yang mana itu tidak saya suka. Ini menulis artikel bola atau skripsi?

Tetapi, saya juga berpikir bahwa mungkin Bang David masih belum sepopuler Mang Ozy--yang bukan penjual Odading. Maka, dia perlu sedikit waktu untuk bisa mendapatkan jumlah massa yang banyak--tertarik dengan tulisannya--untuk pengajuan nominasi.

Saya pikir, dialah yang akan mengisi slot saya tahun depan, karena dengan kualitasnya dan pasti dia yang akan sangat populer dibandingkan saya. Sedangkan saya, mungkin akan jalan-jalan ke bidang lain, atau justru tenggelam.

Jadi, kalau dikembalikan ke awal niat saya menulis ini, saya hendak menyampaikan rasa senang saya dan terima kasih kepada orang-orang yang entah memang tertarik dengan tulisan saya atau hanya berbelas kasihan. Sekaligus berterima kasih pula kepada admin Kompasiana yang rela menjadi penguntit di akun media sosial demi mendapatkan foto saya yang lebih macho--tampak jelas wajahnya.

Oya, saya juga ingin mengingatkan bahwa tulisan ini sebenarnya tidak ingin saya tulis. Tapi, berhubung sepertinya para nominator "harus berpidato", maka saya tulis ini.

Saya berharap tidak akan menulis hal semacam ini selama saya belum merasa siap menjadi nominator lagi, alih-alih menang di Kompasianival 2020. Karena, saya tidak menyukai momen yang tidak siap seperti ini, yang pada akhirnya tulisan saya penuh dengan curahan hati. Duh!

Disclaimer: Jika pembaca merasa tidak ada kecocokan antara judul dengan isi tulisan, maka pembaca belum bisa memaknai tulisan ini. Atau, penulisnya yang sudah mengantuk tapi memaksa untuk menulis. Salam hangat!

Mari sambut Kompasianival 2020 dengan sukacita dan doa!

~ Malang, 22-23 November 2020

Deddy Husein S.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun