Mengapa ia tidak melibatkan orang-orang yang kompeten di bidang kesehatan untuk membantunya?
Dari sini, kita bisa sedikit tahu perbedaan antara mana yang bisa masuk ke ranah pembalap langsung (internal), dan mana yang belum sampai ke ranah pembalap (eksternal).
Tetapi, bukan hanya soal itu yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini, melainkan tentang respon dari Yamaha terkait hukuman tersebut.
Menurut saya, Yamaha sudah melakukan tindakan benar, yaitu menerima hukuman tersebut tanpa berupaya mengajukan banding.
Terkadang ada pihak-pihak yang tidak dapat menerima hukuman dan berupaya mengajukan banding. Tujuannya adalah mencari keringanan terkait konsekuensi buruk atas kesalahannya.
Namun, hal ini tidak dilakukan Yamaha. Padahal, mereka seharusnya memiliki motivasi untuk melakukannya.
Motivasinya tidak lain adalah terkait posisi di klasemen konstruktor dan tim balap. Pasca pengurangan poin itu, mereka langsung tergeser dari puncak klasemen.
Bahkan, yang cukup fatal adalah seri MotoGP 2020 tinggal 2 seri saja. Artinya, hanya ada 50 poin yang dapat diperebutkan.
Hal itu diperparah dengan situasi terakhir di seri sebelumnya yang memperlihatkan betapa bobroknya Yamaha saat melaju di seri Eropa. Posisi terbaik hanya dicapai oleh Franco Morbidelli.
Di mana Valentino Rossi?