Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Balap Artikel Utama

Menerka Siapa yang Menyandang "Rookie of The Year" MotoGP 2020

5 November 2020   07:44 Diperbarui: 6 November 2020   02:21 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Twitter @AlexMarquez73 via otomotifnet.gridoto.com

Musim balap MotoGP 2020 akan segera berakhir. Tersisa 3 seri lagi yang harus dilakoni para pembalap untuk mengukuhkan diri sebagai juara dunia maupun gelar lainnya.

Salah satu gelar yang patut dinantikan di ajang ini adalah 'rookie of the year'. Pada tiga musim terakhir (2017-2019), gelar pembalap debutan terbaik disabet oleh tiga pembalap dari tim satelit Yamaha (2) dan Honda (1).

Pembalap debutan terbaik pada 2017 adalah Johann Zarco. Dia mentas dari Moto2 sebagai juara dunia dua kali beruntun. Pencapaian di musim perdananya di MotoGP, membuatnya menjadi pembalap berprospek jangka panjang untuk Yamaha.

Namun, pasca tim Tech3 berpisah dengan Yamaha, Zarco juga harus berpisah dengan motor YZR-M1. Pembalap asal Prancis itu memilih membela KTM Factory pada 2019.

Setelah Zarco, ada pembalap MarcVDS Honda yang menyabet gelar pembalap debutan terbaik, yaitu Franco Morbidelli. Pembalap Italia itu sukses mengalahkan para rival sesama debutan, meski dengan susah payah.

Sedangkan pada era baru Yamaha bersama Petronas SRT, gelar pembalap debutan terbaik direngkuh oleh Fabio Quartararo. Gelar ini bisa menjadi cindera mata bagi Yamaha.

Karena, dengan keberhasilan itu, Yamaha masih bisa membanggakan motornya sebagai motor yang paling ramah dengan pembalap debutan. Selain itu, mereka juga memiliki peluang untuk berinvestasi dengan pembalap debutan.

Dua hal itu cukup sulit dilakukan oleh kompetitor utamanya, Honda dan Ducati. Honda cenderung main aman dalam menggaet pembalap.

Mereka identik mengambil pembalap yang sudah berpengalaman di MotoGP. Hal ini semakin menguat ketika kerja sama antara Honda dengan MarcVDS berakhir, sehingga hanya menyisakan dua tim pengguna motor RC213V.

Sedikit berbeda pada Ducati yang awalnya menguasai banyak slot tim balap di MotoGP. Itu membuat mereka dapat menggaet pembalap debutan.

Hanya, motor mereka masih sulit untuk ditaklukkan. Bahkan, ada suatu momen di mana dua pembalap di tim satelit Ducati bersaing sengit untuk memperebutkan jatah motor spesifikasi pabrikan. Artinya, persaingan yang dibentuk Ducati khususnya untuk pembalap debutan tergolong lingkup internal dibandingkan eksternal.

Hal ini membuat Yamaha terlihat unggul, khususnya dalam 3 musim tersebut. Lalu, bagaimana dengan sekarang?

Khusus untuk musim ini dan musim depan, Yamaha absen dalam perebutan gelar pembalap debutan terbaik. Itu dikarenakan, empat jok Yamaha sekarang diisi oleh pembalap berpengalaman, yaitu Maverick Vinales, Fabio Quartararo, Valentino Rossi, dan Franco Morbidelli.

Yamaha diprediksi baru akan berpacu pada gelar ini jika jok Valentino Rossi kosong di musim 2022, dan diisi pembalap debutan yang biasanya dari Moto2.

Salah satu pembalap yang diprediksi akan mengisinya adalah si adik, Luca Marini. Itu dengan catatan, Marini tidak jadi promosi ke MotoGP musim 2021 nanti.

Jika dia memilih promosi musim 2021, maka dia sudah bukan lagi rookie. Melihat situasi Yamaha yang sedemikian rupa, maka perebutan gelar rookie of the year--asalkan ada debutan selain Jorge Martin--beralih ke antara Honda, Ducati, dan KTM.

Kebetulan, tiga pabrikan itu biasanya memiliki slot-slot kosong yang memungkinkan untuk diisi pembalap debutan. Namun, khusus musim 2020 ini, perebutan gelar pembalap debutan terbaik hanya ada pada dua motor, yaitu Honda dan KTM.

Honda diwakili oleh Repsol Honda yang dengan percaya diri mempromosikan Alex Marquez untuk menemani si kakak, Marc Marquez. Sedangkan, KTM memiliki dua pembalap baru yang masing-masing mengisi jok pabrikan dan satelit.

Pada tim KTM Factory, terdapat nama Brad Binder. Lalu, di tim KTM Tech3 ada Iker Lecuona. Dua dari tiga pembalap baru itu adalah pembalap Spanyol, Alex dan Iker. Sedangkan Brad adalah pembalap asal Afrika Selatan.

Walaupun, terlihat kubu Spanyol kembali mendominasi--bahkan di level rookie, namun secara hitung-hitungan poin, hanya ada duel Alex Marquez dengan Brad Binder. Itu dapat dilihat dari jumlah poin sampai sebelum 3 balapan digelar, yaitu 67 poin.

Klasemen di luar 10 besar. Gambar: Google/klasemenmotogp
Klasemen di luar 10 besar. Gambar: Google/klasemenmotogp
Torehan itu jauh lebih banyak dibandingkan Iker Lecuona yang baru mengemas 27 poin. Meskipun, secara matematis masih bisa menyusul, namun hal itu sulit terealisasi.

Alasannya adalah dua pembalap di atas Iker perlu meraih minimal 20 poin dalam 1 balapan. Artinya, untuk dapat menyalip Alex dan Brad, Iker perlu finis minimal dua kali finis posisi kedua.

Sebenarnya, itu tidak terlalu mustahil. Namun, dengan persaingan sengit dalam perebutan Juara dunia yang masih tersajikan, maka kecil peluang bagi Iker untuk merecoki barisan depan saat balapan.

Iker Lecuona masih belum konsisten. Gambar: Twitter/LecuonaIker
Iker Lecuona masih belum konsisten. Gambar: Twitter/LecuonaIker
Itu artinya, peluang menyandang status sebagai pembalap debutan tersisa pada Brad Binder dan Alex Marquez. Menariknya, prediksi antara kedua pembalap itu juga tidak mudah.

Keduanya sama-sama tidak konsisten. Bahkan, di balapan terakhir, yaitu seri GP Teruel, kedua pembalap kompak terjatuh dan nirpoin.

Namun, jika merujuk pada bagaimana proses kedua pembalap itu mengumpulkan poin, maka nama Alex Marquez sedikit diunggulkan. Ada dua faktor yang melandasinya.

Alex Marquez cukup diunggulkan, karena dia tidak sesembrono Brad Binder. Gambar: Twitter/AlexMarquez73
Alex Marquez cukup diunggulkan, karena dia tidak sesembrono Brad Binder. Gambar: Twitter/AlexMarquez73
Pertama, gaya balap Alex lebih tenang dibandingkan Brad yang terkadang terlalu bernafsu untuk menyalip pembalap lain. Alex lebih mengedepan upaya menyalip satu per satu dengan melihat keadaan.

Itu membuatnya masih bisa finis di beberapa kesempatan, bahkan meski ada yang tanpa poin. Namun, hal ini akan bisa menguntungkan jika kompetitornya jatuh, sedangkan dia mampu menyelesaikan balapan.

Kedua, Alex sedang di tren kepercayaan diri yang bagus. Meskipun di GP Teruel dia jatuh, namun saat itu dia berada di zona podium.

Berbeda dengan Brad yang cenderung merosot pasca menang di Brno (25 poin) dan finis keempat (13 poin) di Red Bull Ring, Austria. Torehan terbaiknya adalah di GP Styria dengan finis ke-8 (8 poin).

Permasalahan itu akan semakin membesar ketika seri terakhir digelar di GP Portimao, Portugal. Melihat landskap sirkuit yang naik-turun dan dengan kecepatan yang lumayan menantang kala melibas tikungan ke kiri, maka ada kemungkin jika Brad Binder kesulitan memacu RC16-nya pada kecepatan yang ideal.

Apabila dia terlalu memaksakan diri, bisa saja malah terjatuh, dan membuat peluang Alex memenangkan gelar rookie of the year terbuka lebar. Itulah yang menjadi perhatian bagi Brad jika dirinya ingin merengkuh gelar yang paling memungkinkan dan bisa saja akan memacu mentalnya untuk bersaing lebih serius di musim 2021.

Brad Binder berikan kemenangan perdana KTM di MotoGP 2020. Gambar: Twitter/KTM_Racing
Brad Binder berikan kemenangan perdana KTM di MotoGP 2020. Gambar: Twitter/KTM_Racing
Sebenarnya secara kesempurnaan motor, KTM terlihat lebih stabil dibandingkan Honda. Hal itu dapat dilihat dari pencapaian Pol Espargaro dalam beberapa seri terakhir.

Artinya, jika Brad ingin menjadi pembalap debutan terbaik, maka akan lebih baik jika melihat performa Pol. Dia harus dapat membuat balapan yang konstan, entah dimulai dari pemilihan ban, juga dalam hal gaya membalap.

Karena, perebutan gelar pembalap debutan terbaik ini bisa menjadi simulasi baginya untuk dapat belajar mengelola balapan dengan bijaksana--seperti pembalap yang berpacu di zona juara dunia. 

Lalu, bagaimana dengan Alex Marquez?

Supaya dapat mengalahkan Brad Binder, dia bisa menggunakan pengalamannya ketika sedang berpacu memperebutkan gelar juara dunia di kelas Moto2. Mengelola balapan dengan konstan dan pemilihan ban yang tepat seharusnya tidak terlalu berat baginya.

Dia memiliki kakak yang sangat berpengalaman, maka saran-saran dari kakaknya pasti dapat berpengaruh dalam upaya meraih rookie terbaik tahun 2020. Begitu pula dengan usaha kerasnya dalam menaklukkan RC213V selama musim ini berlangsung.

Seharusnya, dia tidak begitu mudah lupa bagaimana cara tetap bertahan di motor dan berjuang keras untuk finis setinggi mungkin. Jika itu bisa ia lakukan, maka dia dapat menjadi rookie Repsol Honda kedua setelah kakaknya yang meraih gelar serupa pada 2013.

Istimewanya, saat itu, Marc Marquez juga meraih gelar juara dunia MotoGP sebagai rookie. Luar biasa!
Apakah Alex dapat mengikuti jejaknya?

~Malang, 4 November 2020
Deddy Husein S.

Baca lainnya: Rookie Juara di MotoGP 2020
Terkait: Liputan6.com, Bola.com, Ridertua.com.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun