Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seorang Pemuda yang Tidak Tahu Perannya untuk Negara

2 November 2020   07:04 Diperbarui: 2 November 2020   07:13 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terkadang lebih perlu memikirkan yang sederhana, baru yang rumit. Gambar: Pexels/Andrea Piacquadio

Tetapi, permasalahannya si anak belum tentu tahu (persis) bagaimana cara mewujudkannya. Itulah halangan bagi si anak yang kemudian sudah berubah menjadi pemuda. Dia tidak lagi bisa hanya berandai-andai, tetapi harus bisa merealisasikannya.

Jika tetap tidak bisa setelah berusaha, buang jauh saja mimpi itu. Alihkan fokus pada hal yang lebih realistis.

Itulah yang membuat saya tidak baper dengan pernyataan Bu Mega. Karena, saya pikir sebagai pemuda yang semakin realistis dan sedikit oportunis, saya juga sedang tidak memikirkan apa yang dapat saya lakukan demi negara ini.

Terkadang lebih perlu memikirkan yang sederhana, baru yang rumit. Gambar: Pexels/Andrea Piacquadio
Terkadang lebih perlu memikirkan yang sederhana, baru yang rumit. Gambar: Pexels/Andrea Piacquadio
Sekarang, saya lebih fokus untuk menjadi berguna bagi diri saya, juga khususnya bagi orang tua saya. Itulah mengapa, ketika ada orang yang menyangsikan peran pemuda yang kelasnya seperti saya, tidak masalah.

Justru, saya senang dengan kesangsian itu. Karena saya pikir, pemuda itu tugasnya bukan untuk menjawab harapan yang artinya harus memikul beban yang di luar kemampuannya.

Pemuda itu akan cukup berperan ketika dapat melakukan apa yang pemuda bisa lakukan dan tidak bisa dilakukan lagi oleh golongan tua. Menurut saya, itu sudah cukup, dan belum begitu perlu memikul yang lebih berat. Kecuali, jika memang si pemuda sudah terbiasa dengan beban berat melalui harapan-harapan besarnya.

Harapan itu pemberat, seperti jangkar. Ketika kapal ingin berhenti, dia butuh pemberat yang dapat menghentikan lajunya di atas permukaan laut.

Mumpung masih muda, fokus melakukan apa yang masih bisa dilakukan. Gambar: Pexels/Niko Twisty
Mumpung masih muda, fokus melakukan apa yang masih bisa dilakukan. Gambar: Pexels/Niko Twisty
Saya pikir, pemuda itu adalah kapal. Dia bisa berlayar ke mana saja. Sesuka hati, dengan banyak tujuan, dan berhenti bukan karena sudah cukup, melainkan untuk istirahat atau bisa juga karena sudah menemukan tempat yang tepat untuk membuktikan diri.

Selain itu, pemuda juga seperti kapal yang beraneka jenis dan fungsinya. Ada tipe-tipe kapal yang memang mampu memuat banyak penumpang dan barang. Ada juga yang hanya untuk sedikit penumpang atau dengan spesifikasi muatan barang tertentu.

Artinya, ketika seseorang ingin menilai peran pemuda seperti apa untuk negaranya, maka lihatlah tipe pemudanya terlebih dahulu. Coba saja lihat sosok yang semisalnya seperti Putri Tanjung.

Putri Tanjung dipercaya sebagai staf khusus presiden periode kedua Joko Widodo. Gambar: Instagram/putri_tanjung
Putri Tanjung dipercaya sebagai staf khusus presiden periode kedua Joko Widodo. Gambar: Instagram/putri_tanjung
Meskipun dia masih "berkepala dua"--ketika ini ditulis, tetapi dia sudah berupaya untuk berguna bagi banyak orang. Saya yakin, orang-orang yang sudah ia bantu adalah orang-orang yang secara pengalaman hidup lebih banyak darinya, tetapi secara kreasi dan inovasi belum tentu melebihinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun