Secara pribadi, saya menyoroti perbedaan itu terlihat lebih jelas pada kubu Barcelona. Mereka terlihat sangat kompleks permasalahannya dan itu tidak hanya berasal dari teknis di lapangan, melainkan juga di luar lapangan.
Seperti hubungan antara Messi dengan Bartomeu. Saya yakin, ini juga merembet pada semua pemain. Walaupun, di lapangan mereka seperti tidak memikirkan itu, tetapi ketika tim sedang tidak impresif, para pemain mulai terlihat berantakan.
Ini juga diperparah dengan hasil El Clasico jilid pertama musim 2020/21 yang berakhir kekalahan 1-3 dari Real Madrid. Hasil ini menjadi pukulan besar di awal pengabdian Ronald Koeman sebagai pelatih di laga El Clasico.Â
Pelatih asal Belanda itu memang sangat bertanggungjawab terkait laga tersebut. Tetapi, semua permasalahan Barcelona akan lari ke Bartomeu. Mengapa?
Karena, ia adalah pemegang kendali Barcelona. Apa yang dilakukan dan dialami Barcelona pasti berkaitan dengan keputusan dan tindakannya.
Itulah mengapa, ia juga dapat diseret ke dalam permasalahan Barcelona, termasuk kekalahan di El Clasico. Menariknya, pasca El Clasico, Barcelona harus bertemu dengan Juventus di lanjutan Liga Champions 2020/21 (29/10).
Laga ini juga bisa menjadi bahan untuk membombardir kenyamanan Bartomeu untuk duduk di kursi kepresidenannya, jika Barcelona kalah. Tetapi, hal itu ternyata tidak akan terjadi.
Sebelum laga itu dimulai, Bartomeu telah memilih mengundurkan diri. Ini membuat dia bisa dikatakan terbebas dari beban penudingan para penggemar Barcelona jika Blaugrana kalah.
Baca salah satu ulasannya: Bartomeu Resign (Gobin Dd)
Namun, keputusan ini tidak seratus persen membuatnya menjadi pecundang. Dia malah patut diacungi jempol, karena telah membuktikan bahwa "kepalanya bukan terbuat dari batu".
Keputusannya juga bisa disyukuri oleh banyak orang yang menginginkan adanya bukti perbaikan Barcelona jika tanpa Bartomeu. Artinya, keputusan ini memang menghasilkan sudut pandang yang 50-50.