Secara gestur, ia terus memperhatikan gerak-gerik rekan-rekannya. Ia juga terlihat berupaya membangunkan dan mengingatkan rekan-rekannya agar tetap fokus sebelum babak kedua dimulai.
Seperti yang sudah-sudah, ia memang selalu berinteraksi dengan rekan-rekannya. Ban kapten pun terasa semakin cocok. Belum lagi dengan gol penaltinya yang membuat Man. United terlebih dahulu. Itu adalah bukti bahwa Bruno sangat mampu untuk diandalkan.
Jika mereka tidak melawak, lawan pun kesulitan untuk mencetak gol. Walaupun pada akhirnya ada gol bunuh diri Anthony Martial, tapi itu masih bisa dimaklumi sebagai kesialan.
Lalu, apa maksud dari sistem kerja pembuktian ala Ole?
Tetapi, ketika resmi menjadi pelatih, Man. United langsung limbung. Begitu pun saat musim 2019/20. Mereka terlihat seperti sedang diancam untuk dapat finis di zona UCL, akhirnya mereka berupaya keras untuk menang.
Hanya, ketika mereka sudah lolos ke UCL, permainan mereka mulai terjun bebas. Lini depan semakin tumpul, dan imbasnya mereka menjadi spesialis semifinal di Piala FA dan Liga Europa.
Artinya, penampilan Man. United yang bisa dikatakan luar biasa di Parc des Princes itu adalah representasi dari ketidakamanan Ole juga Man. United. Bisa saja, para pemain Man. United masih ingin dilatih oleh Ole, sehingga berjuang sedemikian rupa sebagai pembuktian bahwa mereka masih pantas untuk bekerja sama.
Pertanyaannya, apakah Man. United akan mampu mempertahankan pola main ini?