Itu sudah cukup untuk mengungguli pembalap yang tak kalah konsistennya dalam memacu motornya pada kecepatan maksimal, yaitu Jack Miller. Penunggang motor Pramac Ducati itu adalah pembalap satu-satunya Ducati yang konsisten di urutan atas.
Pembalap asal Australia itu tak pernah terlempar dari posisi 10 besar. Capaian terbelakangnya hanya di urutan ke-8. Hal ini membuat peluangnya untuk bersaing di podium terbuka lebar.
Menariknya, tak peduli cuaca, Jack Miller akan sangat difavoritkan untuk finis di podium. Bahkan, prediksi tentangnya akan semakin bagus ketika balapan berlangsung dengan keadaan hujan.
Pembalap yang pernah mengendarai motor satelit Honda itu tercatat punya pengalaman menang dengan situasi wet race. Padahal saat itu, ia menunggangi motor satelit kelas 2 Honda (Marc VDS), bukan kelas 1 (LCR).
Berdasarkan pengalaman itu, Jack Miller akan patut diwaspadai semua pembalap. Ia juga diprediksi akan sangat diharapkan oleh Ducati sebagai kartu terakhir, jika pembalap Ducati lainnya gagal konsisten di depan.
Lalu, bagaimana dengan peluang pembalap lain?
Jika merujuk pada hasil kualifikasi, ada beberapa nama yang patut disorot selain Quartararo dan Miller. Pertama, Danilo Petrucci.
Pembalap terbaik Ducati di Le Mans setelah Miller adalah Petrucci. Ini menjadi sebuah "kejutan", karena Ducati terlihat mulai bangun dari tidurnya.
Namun, namanya hanya akan masuk favorit saat balapan berlangsung basah saja. Pengecualiannya jika ia mampu melakukan start dengan baik dan mampu menjaga konsistensi di baris terdepan. Maka, ia juga bisa berbuat banyak di balapan kering.
Baca Juga: Ducati dan Dovi
Nama kedua, tentu harus ada Andrea Dovizioso. Meskipun ia tidak terlihat konsisten, namun ada satu catatan unik darinya, yaitu soal top speed yang ia miliki.
Saat ia mencapai top speed 317 km/j, maka ia berada di antara pembalap terdepan. Artinya, aroma keseriusan Dovi di balapan ini akan terlihat dengan bagaimana ia mampu kembali memaksimalkan kecepatan mesin Desmosedici.