Karena Werewolf dapat dimainkan secara konvensional, maka ketika ada proses latihan pada seni pertunjukan seperti teater dan film, maka permainan Werewolf bisa menjadi selingan dalam proses latihan*. Biasanya untuk membuat siklus latihan tidak membosankan.
Sudah bukan rahasia, bahwa dalam proses menghasilkan seni pertunjukan biasanya memakan waktu lama. Bisa sebulan hingga 3 bulan.
Tentu fase-fase bosan bisa melanda tim tersebut, khususnya bagi para pemain di depan layar. Untuk itulah, keberadaan Werewolf dapat dimanfaatkan untuk menyegarkan kembali suasana latihan dan belajar merangkai cerita.
Kita yang mungkin asing dengan bermain peran, akan menjadi merasa dekat dengan dunia itu. Melalui permainan Werewolf, kita sejenak bisa berlagak seperti aktor dengan mengambil status pemeranan yang mungkin selama ini hanya disaksikan lewat serial drama dan film.
Memang, kita tidak perlu berkostum dan bergerak seperti status yang diperankan. Tetapi, kita sudah pasti akan memikirkan apa saja yang harus diungkapkan ketika mengambil status itu dan dipertanyakan ketika ada sesi diskusi.
Jadi, menurut saya tidak semua permainan hanya menghasilkan dampak klise seperti yang selama ini menjadi alasan kita untuk bermain. Melalui Among Us dan Werewolf, kita bisa menemukan pengalaman lain.
Hanya, saya masih berpikir bahwa permainan Werewolf lebih menarik dan komplit dibandingkan Among Us. Dikarenakan bisa dimainkan secara konvensional, tidak perlu menguasai gadget, juga dapat dimainkan secara beramai-ramai.
Berbeda dengan permainan Werewolf yang sudah mulai merebak di masyarakat Indonesia pada 2016. Menariknya, mereka pun sudah memiliki versi online. Kurang lebih permainannya seperti Among Us yang juga menyediakan forum chat untuk bermain dan berdiskusi.