Begitu pun jika mereka unggul di lini depan, maka tinggal disodorkan saja bola daerah ke depan, dan biarkan para pemain depannya yang memiliki kecepatan untuk menyelesaikan peluang yang dimiliki. Simpel bukan?
Peragaan inilah yang kemudian membuat tim-tim yang sebelumnya digdaya seperti Barcelona dan Arsenal menjadi melempem. Barcelona sedikit beruntung, karena terakhir juara liga di musim 2018/19. Sedangkan Arsenal terakhir juara liga 2003/04. Lama sekali.
Tetapi begitulah sepak bola, selalu ada perubahan. Dan saat ini, strategi simpel lebih menjanjikan untuk memenangkan pertandingan maupun kompetisi. Maka tak mengherankan jika permainan yang diusung Mourinho meski sering dicibir, tetapi masih ampuh untuk meraih trofi.
Inilah yang kemudian bisa digunakan pula oleh Mourinho untuk mengalahkan taktik Marcelo Bielsa. Tentang berhasil atau tidak, kita perlu melihat dua faktor di lapangan.
Baca juga: Deretan Pemain Lontang-lantung
Dari penggambaran sederhana ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa kehadiran Leeds di pentas Premier League 2020/21 memang sangat menghibur dalam sudut pandang penonton--yang biasanya hanya menginginkan gol.
Hanya, dalam sudut pandang sepak bola yang sudah kian kompleks, khususnya bagi Leeds sendiri, hasil ini masih bagian awal dari pembelajaran mereka untuk dapat bertahan di level tertinggi.
Mereka tidak akan bisa bertahan lama di Premier League, jika cara bermain mereka tidak seimbang. Mereka memang boleh berdalih bahwa sepak bola adalah mencari pemenang dengan siapa yang dapat mencetak gol paling banyak di pertandingan tersebut.
Tetapi, bagaimana jika mereka kemudian gagal mencetak banyak gol?
Malang, 20-9-2020
Deddy Husein S.