Di media sosial dan media massa sedang ramai membahas dua pertandingan Leeds United di Premier League 2020/21. Alasannya adalah di dua laga itu, klub yang dilatih Marcelo Bielsa selalu mengakhiri pertandingan dengan skor 4-3.
Bedanya, di laga pertama Helder Costa dkk. harus kalah dari juara bertahan, Liverpool. Sedangkan di laga kedua (19/9), mereka berhasil mengalahkan sesama klub promosi, Fulham.
Melihat skor besar itu, banyak orang mengaku takjub dan bahkan sampai menyebut Leeds maupun Marcelo Bielsa adalah pencipta 'box office' di kompetisi Premier League. Saya pun tak sepenuhnya menampik anggapan itu.
Namun, di satu sisi saya juga tidak merasa harus membuatkan panggung dan red carpet untuk perjalanan Leeds United menuju akhir musim. Apa alasannya?
Pertama, permainan yang diperagakan Leeds sebenarnya sudah akrab sejak musim 2018/19. Ketika klub asal Yorkshire itu masih berlaga di EFL atau Championship Division.
Secara pribadi, saya pernah menonton pertandingan Leeds, karena saat itu kompetisi kasta kedua Liga Inggris tersebut disiarkan oleh TVRI. Dan di suatu momen, saya menonton pertandingan Leeds.
Jujur saja, ketika itu saya mengaku tertarik dengan permainan Leeds. Cepat bertransisi dan tajam dalam membawa dan mengarahkan bola ke depan, membuat ini seperti dambaan. Mengapa?
Pemandangan seperti ini sudah jarang terlihat di Premier League apalagi di level seperti Liga Champions. Sebelum bola sampai di dalam kotak penalti lawan, biasanya perlu melalui proses gocek sana-gocek sini. Kalau efektif, tidak masalah. Kalau tidak?
Itulah yang menjadi permasalahan ketika saya melihat beberapa klub papan atas di Premier League cenderung seperti itu. Tanpa saya sebutkan satu per satu klubnya, Anda pasti tahu yang saya maksud: kenapa ketika saya melihat permainan Leeds seperti, "Ya! Ini yang saya mau."
Tetapi, pikiran itu hanya cukup sampai di situ. Alasannya, saya juga ingin menonton permainan yang tak hanya sekadar tendang bola dan berlari, tetapi juga perlu ada teknik menggiring, melewati lawan dengan 'one pass-move' cepat dengan keterlibatan 2-3 pemain. Kira-kira seperti itu.
Hasilnya, ketika saya melihat pertandingan kedua Leeds di musim pertamanya di Premier League setelah sekian puluh tahun absen, saya hanya bergumam, "Waktu itu juga begini". Itulah yang membuat saya tidak terkejut dengan apa yang dilakukan Leeds saat ini.
Baca juga: Marcelo Bielsa Tetap Menjadi Diri Sendiri