Hal ini bisa saja disinyalir karena perhitungan jam tayangnya, antara mereka ingin dan bisa menyiarkan pertandingan itu atau tidak. Pemikiran ini juga bisa berlaku pada isu penyiaran laga Community Shield tersebut.
Apakah mereka masih harus menunggu pertimbangan terkait jam tayang program lain sebelum memutuskan untuk menayangkan bigmatch tersebut?
Sebagai penonton siaran bola, jelas ini akan mengecewakan jika memang RCTI urung menayangkannya. Ditambah dengan tidak adanya kabar tentang penayangan musim kompetisi Premier League 2020/21.
Tentu ini semakin mengecewakan setelah di musim kemarin penayangan Premier League di TVRI harus terhenti, karena dampak pandemi dan polemik di stasiun tv pemegang hak siarnya.
Namun, sebelum mereka bisa kembali mengambil hak siar Premier League, alangkah baiknya mereka juga dapat menayangkan Community Shield. Hal ini tak lepas dari apa yang sebelumnya mereka lakukan, yaitu menayangkan fase terakhir Piala FA musim 2019/20.
Jika mereka bisa menayangkan Piala FA, maka menayangkan laga Community Shield seharusnya bukan permasalahan besar. Begitu pun jika mereka akhirnya bisa menayangkan Community Shield, maka menayangkan Premier League seharusnya bisa juga mereka lakukan.
Mengapa harus Premier League? Karena, sampai kapan pun kompetisi tersebut pasti akan menggiring banyak penonton ke channel televisi di Indonesia. Hal ini tentu seharusnya dapat menjadi pertimbangan penting bagi RCTI, jika memang mereka ingin mengambil minat penonton lagi.
Selain sinetron, sepak bola adalah komoditas panas yang patut dimiliki oleh setiap stasiun televisi. Walau biaya penebusannya mahal, setidaknya ini cukup untuk membuat stasiun tv tersebut kembali dipantengin oleh masyarakat penonton.
Soal apakah kaum penonton sinetron tersisih atau tidak seharusnya bukan permasalahan besar. Karena siaran pertanding di Premier League bisa diatur jadwalnya. Pihak tv bisa memilih jam tayang, dan sebagian besar laga sepak bola hanya ada di akhir pekan.