Ini yang membuat kaum pecinta sinetron seharusnya tidak ngambek, karena hanya absen sehari-dua hari saja. Apa susahnya? Bukankah malah menarik jika menonton dengan ada jeda?
Artinya, rasa penasaran terkait kisah sinetron yang diikuti masih terawat dibandingkan terus diikuti secara marathon. Apakah tidak bosan?
Selain itu, dengan berbagi jadwal menonton juga akan menciptakan toleransi terkait kesenangan orang di dalam rumah. Sudah sepatutnya dalam hal memiliki hobi bisa dijalankan dengan akur. Karena ini hanya hobi, hanya hiburan, sudah sepatutnya tidak ada dominasi dan intimidasi. Memangnya ini strata sosial?
Itulah yang seharusnya dikerjakan oleh RCTI. Menjadi stasiun tv yang komplit yang bisa menjangkau banyak lapisan dengan adil. Bukankah itu sudah bisa melambangkan adanya penerapan sila-sila yang ada di Pancasila dalam hal penyiaran?
Jika sudah demikian, maka seharusnya mereka tak lagi ambil pusing dengan kesuksesan pihak lain. Karena, mereka juga sudah memiliki kemampuan yang sebenarnya sulit dilakukan oleh stasiun tv lain.
Memegang hak siar kompetisi sepak bola apalagi Premier League bukanlah hal mudah. Namun, jika dimiliki dan dikelola oleh stasiun tv yang berpengalaman seperti RCTI seharusnya sudah tidak lagi menjadi persoalan.
Siaran Community Shield tetap bisa mereka ambil seperti saat mengambil hak siar Piala FA. Karena, memang hanya berlaku sekali. Hal ini seperti yang dilakukan NET TV ketika mengambil hak siar final EFL Carabao Cup 2019/20.
Namun bedanya, RCTI lebih beruntung memiliki 'saudara'. Ini yang membuat mereka dapat mempromosikan hak siar Premier League yang misalnya dipegang GTV atau MNCTV.
Jadi, kenapa tidak RCTI kembali dekat dengan Liga Inggris seperti sebelumnya? Daripada sibuk mencari drama di dunia penyiaran, alangkah baiknya mereka fokus membuat strategi penyiaran yang produktif yang mana sebenarnya sulit ditandingi oleh stasiun tv nasional lainnya.
Bagaimana, RCTI? Mau terlihat oke atau tidak?