Sebelum kick-off semifinal pertama yang mempertemukan RB Leipzig vs Paris Saint-Germain (19/8) di Estadio Da Luz, Portugal, sempat muncul dugaan bahwa akan ada kejutan yang ingin dilakukan klub kaya baru, Leipzig. Namun, kenyataannya tak demikian.
Justru, PSG berhasil menang dengan skor telak 3-0 atas Leipzig. Duel antara klub kaya Prancis dan Jerman itu sebenarnya menarik, dan sedikit unpredictable, karena Leipzig mampu mengalahkan Atletico Madrid yang lebih berpengalaman dari klub asuhan Julian Nagelsmann tersebut.
Namun, apa yang terjadi di laga perempatfinal itu tak terulang di laga semifinal ini. Mengapa bisa demikian?
Pertama, karena PSG belajar dari laga melawan Atalanta di laga sebelumnya. Di laga perempatfinal itu, mereka nyaris tersingkir jika PSG tidak melakukan pergantian pemain yang jitu dan usaha yang tak kenal lelah dari Neymar Jr. dkk.
![Formasi tetap sama tapi pemain yang diturunkan Tuchel berbeda. Gambar: diolah dari Google/UCL](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/08/19/formasi-psg-ucl-2020-5f3c54d6d541df07f509f194.png?t=o&v=770)
Namun, di laga semifinal kali ini Thomas Tuchel tidak lagi meremehkan Leipzig. Mereka langsung tancap gas dan memainkan skuad yang diprediksi lebih baik untuk menghadapi strategi Nagelsmann. Itulah yang membuat Leipzig tidak bisa sepenuhnya bertarung dengan PSG seperti kala berjumpa dengan Atletico.
Kedua, PSG menempatkan pemain berpengalaman di depan, yaitu Angel Di Maria. Pemain ini memang tak seperti Neymar yang dikenal mampu menarik perhatian para pemain belakang.
![Setelah gagal bersinar di Manchester United, Di Maria kembali memberikan penampilan terbaiknya bersama PSG. Gambar: Twitter/ChampionsLeague](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/08/19/efu8hcfwkaao1tf-5f3c5489097f36022c75aee2.jpg?t=o&v=770)
Ketiga, keberanian Tuchel menempatkan Neymar dan Mbappe di awal laga. Artinya, lini pertahanan Leipzig harus berduel dengan pemain-pemain yang mobile dalam menempati ruang.
Hal ini pasti akan berbeda jika Tuchel memainkan Mauro Icardi. Taktik itu akan cukup terbaca seperti ketika Atletico memainkan Diego Costa. Tuchel rupanya tidak ingin meniru langkah konservatif Atletico untuk menghadapi racikan strategi Nagelsmann.
![Keputusan tepat Tuchel memainkan trio Mbappe, Neymar, dan Di Maria. Gambar: Twitter/ChampionsLeague](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/08/19/efumczax0auax6f-5f3c520bd541df4e5f57d692.jpg?t=o&v=770)
Salah satunya adalah kedalaman skuad. Ini seperti yang terjadi pada laga semifinal di Liga Europa yang mempertemukan Inter vs Shakhtar Donetsk. Meski Shakhtar sempat terlihat menakutkan di fase sebelumnya, tapi di fase semifinal tersebut mereka mendadak kehilangan taji.
Satu faktornya adalah kedalaman skuad. Ketika pelatih mengganti pemain, bahkan meski antar kedua pemain yang bertukar menit bermain itu ada di posisi sama, tetap saja akan ada sedikit perubahan taktik. Karena, pelatih pasti melihat adanya perbedaan gaya main antara kedua pemain tersebut.
Baca juga: Ternyata Final Ideal Liga Europa adalah Sevilla vs Inter Milan
Inilah yang krusial ketika sedang bertarung di fase yang sepenting semifinal. Kejutan dengan strategi kekompakan tim saja tidak sepenuhnya cukup. Tim itu juga butuh keseimbangan level antara tim utama dan tim cadangan, dan di sini PSG jelas unggul telak.
Jika melihat hasil pertandingan ini, maka tim yang seharusnya bisa menyaingi level permainan PSG adalah Bayern Munchen. Pertama, karena kedua tim adalah tim produktif. Kedua, kita perlu melihat bagaimana duel antar lini pada kedua tim tersebut. Ketiga, kita perlu mencari tahu strategi pelatih Jerman mana yang lebih mudah dipraktikkan oleh skuadnya.
Namun, bukan berarti Olympique Lyon akan diam saja di laga semifinal kedua itu. Skuad asuhan Rudi Garcia itu pasti ingin memberikan penampilan yang terbaik untuk menutup musim 2019/20 dengan optimisme tinggi ke musim berikutnya.
Jadi, patut dinantikan siapa yang akan mencegah klub kaya, PSG meraih trofi "Si Kuping Besar". Kalian menjagokan tim mana?
Malang, 19 Agustus 2020
Deddy Husein S.
Terkait:
UEFA.com dan Kompas.com.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI