Pertandingan semifinal UEFA Europa League kali ini terasa spesial, karena terjadi duel final kepagian antara Sevilla vs Manchester United (17/8). Bisa dikatakan demikian, karena Sevilla dan Man. United adalah tim pemenang kompetisi tersebut dalam 1 dekade terakhir.
Bedanya, Sevilla sedikit kurang dijagokan karena mereka memiliki banyak perubahan baik secara struktur kepelatihan maupun skuad. Sedangkan Manchester United masih ada David De Gea, Romero, Juan Mata, Paul Pogba, dan lainnya.
Itulah yang membuat Man. United sedikit diunggulkan. Ditambah dengan adanya si jago eksekusi penalti, Bruno Fernandes, otomatis ada aura optimistis bagi The Red Devils untuk menang.
Namun, ada satu hal yang membuat kedua klub ini menjadi sulit diprediksi, yaitu perbedaan pelatih antara kejayaan Sevilla saat itu--Unai Emery--dan raihan trofi Man. United di kompetisi level kedua itu--Jose Mourinho. Di kubu Sevilla, kali ini pelatihnya adalah Julen Lopetegui, sedangkan Man. United adalah Ole Gunnar Solskjaer.
Siapa yang akhirnya menang? Jawabannya tentu Sevilla, karena ada beberapa faktor yang membuat Sevilla bisa menjadi pemenang laga ini dan lolos ke partai puncak.
Pertama, Sevilla selalu belajar dari kesalahan--seperti di babak perempatfinal. Sebenarnya, sudah ada dugaan bahwa lini belakang Sevilla akan melakukan kesalahan dan itu akan membuat Man. United mendapat hadiah penalti.
Ternyata hal itu benar terjadi. Man. United memperoleh penalti dan dieksekusi Bruno Fernandes. Pemain asal Portugal itu pun berhasil menceploskan bola ke gawang Sevilla yang dikawal Yassine Bounou. Skor 0-1 untuk keunggulan sementara klub wakil Premier League itu.
Baca juga: Shakhtar Donetsk dan Sevilla Siap Gagalkan Final Ideal
Namun, setelah kejadian itu para pemain Sevilla segera bangkit. Mereka tidak ingin terserang atau juga terlalu didominasi. Jesus Navas dkk. pun keluar menyerang.
Hingga akhirnya terjadi gol penyeimbang kedudukan setelah akselerasi fullback kiri Sevilla, Reguillon sukses mengantarkan bola ke dalam kotak penalti. Hasilnya, bola dapat diceploskan oleh Suso ke gawang David De Gea. Skor 1-1 sampai turun minum.
Berdasarkan penampilan di babak pertama itu, Sevilla berhasil memetik pelajaran berharga. Yaitu, tidak melakukan kesalahan dan berani membangun serangan secara konstan ke pertahanan lawan.
Kedua, aksi hebat pertahanan Sevilla dan Yassine Bounou. Kali ini parameternya adalah penampilan di babak kedua. Seolah mengulang apa yang terjadi di babak pertama, Manchester United berupaya mencari keunggulan lagi.
Namun, karena Sevilla sudah belajar dari penampilan di babak pertama, akhirnya gawang Sevilla urung jebol untuk kedua kalinya. Kredit pun tak hanya diberikan ke barisan pertahanan Sevilla yang jatuh-bangun menahan gempuran lawan, tetapi juga ke Bounou.
Man. United pun harus gigit jari karena gagal mencari keunggulan, sedangkan Sevilla mulai menemukan gaya bermainnya lagi. Mereka terus berupaya membuat tempo yang berbeda meski tidak begitu lambat.
Melalui pertahanan yang kembali solid, Sevilla mulai siap untuk mencari keunggulan atas Man. United. Karena laga ini hanya berlaku sekali tanpa ada second leg, jadi harus menang.
Keinginan itulah dijawab dengan faktor ketiga yang membuat Sevilla bisa menang, yaitu pergantian pemain. Julen Lopetegui sangat berani mengganti Lucas Ocampos dengan Luuk De Jong.
Seorang penyerang mobile diganti penyerang ujung tombak (target man). Apa yang dilakukan Lopetegui secara taktik ada benarnya, karena melihat para pemainnya mulai mengandalkan operan lambung, sedangkan di depan minim pemain jangkung.
Ocampos memang bisa berduel udara. Namun dengan postur lebih tinggi yang dimiliki De Jong, ia dianggap lebih ideal untuk bertarung dengan duo bek tengah Man. United, Maguire-Lindelof. Terbukti De Jong beberapa kali dapat mengganggu ketenangan duet bek tersebut.
Para pemain Sevilla pun mulai paham dengan arah permainan yang diinginkan Lopetegui. Mereka mulai gencar mencari peluang dengan operan silang ke kotak penalti. Hingga, satu kesempatan emas dimiliki sang kapten, Jesus Navas.
Mantan pemain Manchester City itu berhasil menemukan celah untuk mengirim bola ke kotak penalti. Dan, gol! Bola berhasil disambut De Jong dengan kakinya untuk menaklukkan De Gea. Skor berubah menjadi 2-1 untuk keunggulan Sevilla.
Melihat pergantian itu dan akhirnya skor tetap bertahan sampai menit 96, Sevilla menunjukkan bahwa pergantian pemain perlu dilakukan untuk merubah permainan dan hasil. Apa yang dilakukan Lopetegui memang bukannya tanpa risiko, tetapi ia harus melakukannya sebagai pelatih.
Mereka juga sempat tertinggal dan terintimidasi di awal babak kedua, namun mereka memiliki cara untuk melepaskan diri dari bahaya. Salah satunya dengan bermain strategi.
Sevilla seperti Olympique Lyon di kancah Liga Champions (16/8). Mereka meski tidak difavoritkan untuk menang, tetapi tetap fokus dengan strategi mereka. Itulah yang dilakukan Sevilla.
Baca juga: Manchester City Disingkirkan Lyon
Seolah Sevilla juga ingin mengajarkan kepada klub senegaranya, Barcelona, bahwa untuk memenangkan pertandingan adalah dengan tim. Bukan hanya dengan satu-dua pemain.
Kita tentu tak menampik peran Ocampos di Sevilla. Pemain asal Argentina itu juga memegang kunci penting di laga sebelumnya. Ia adalah pencetak gol tunggal yang meloloskan Sevilla ke semifinal. Tetapi, Lopetegui memiliki perhitungan sendiri.
Dia terlihat tahu bahwa malam ini bukan malam pembuktian Ocampos, melainkan De Jong, Bounou, Suso, Reguillon, Banega, Navas dan tentunya barisan pemain bertahan yang lebih disiplin dalam mengantisipasi serangan Man. United. Inilah yang perlu diperhatikan.
Meski kita melihat Ocampos kecewa dan sulit menahan emosinya, tetapi kita melihat para pemain Sevilla tetap optimis. Karena, sepak bola adalah 11 lawan 11, sesederhana itu.
Manchester United's 15-game unbeaten run in the UEL knockout phase ends.#UEL pic.twitter.com/0OVtpExDFw--- UEFA Europa League (@EuropaLeague) August 16, 2020
Itulah yang kemudian perlu dijadikan pelajaran bagi Barcelona, agar mereka dapat kembali bertaji di Eropa. Contohlah Sevilla! Contoh cara kerja Sevilla yang mana para pemain saling percaya dan antar struktur dalam klub juga percaya.
Jika sudah demikian, maka pelatih pun akan dengan percaya diri menentukan strateginya, dan para pemain mengeksekusi. Bukankah begitu Bayern?
Selamat Sevilla! Tunggu pemenang antara Inter vs Shakhtar Donetsk di final!
Malang, 17-8-2020
Deddy Husein S.
Terkait:
Uefa.com, Bola.net, Football5star.com, Kompas.com.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H