Pertanyaan itu terbersit ketika Lyon mampu mencetak gol kedua dari aksi Dembele. Bukan bermaksud mendahului hasil, namun terlihat ada tanda-tanda bahwa Manchester City bisa kalah.
Prediksi ini dipertegas dengan kegagalan Raheem Sterling untuk mengguyur bola--kata Rendra Soedjono--ke gawang Anthony Lopes. Kegagalan itu seperti pertanda bahwa Manchester City sudah tidak tenang.
Nahasnya, ketidaktenangan itu juga terjadi pada kiper andalan mereka Ederson. Penjaga gawang kedua Timnas Brazil itu terlihat tak mampu menjinakkan tendangan jarak dekat pemain Lyon yang membuat bola itu menjadi liar di dalam kotak penalti.
Kembali nahas bagi The Citizens, karena Dembele lagi-lagi berhasil memposisikan diri dengan baik dan menceploskan bola ke gawang Ederson. Skor menjadi 1-3 untuk keunggulan Olympique Lyon atas Manchester City.
Kali ini hasil pertandingan di fase perempatfinal bisa dikatakan di luar prediksi. Karena, sudah bukan rahasia lagi jika Manchester City sangat berhasrat untuk memenangkan gelar Liga Champions musim ini.
--- UEFA Champions League (@ChampionsLeague) August 15, 2020
Ditambah, mereka adalah wakil Inggris terakhir yang masih diharapkan dapat bersaing dengan klub asal Jerman dan Prancis. Namun, hasil di atas lapangan berkata lain, partai semifinal Liga Champions 2019/20 ini menempatkan dua wakil asal Jerman dengan dua wakil asal Prancis. Menarik!
Semakin menarik ketika melihat secara struktural, ada head to head antara pelatih Jerman vs Prancis. Jerman cukup diuntungkan dengan adanya tiga wakil yang menduduki kursi pelatih, yaitu Thomas Tuchel (PSG), Julian Nagelsmann (Leipzig), dan tentunya si pembantai Barcelona Hansi Flick (Bayern Munchen).
Benar, pertanyaannya adalah bagaimana Garcia bisa mengalahkan Guardiola?
Terlepas dari faktor-faktor yang disebabkan oleh Manchester City, kemenangan Lyon juga berasal dari apa yang telah direncanakan dan dieksekusi oleh Garcia dan skuadnya.
Dengan perubahan formasi di lapangan itu, maka permainan yang diusung Man. City pasti berubah. Mereka lebih padat di tengah juga cukup berbahaya di depan, karena sekali maju ada tiga pemain yang siap berdiri sejajar mengepung barisan pertahanan Lyon.
Keputusan ini langsung mendapat apresiasi. Karena apa yang dilakukannya adalah bukti dari fungsi adanya pelatih di sebuah klub.
Meski, kita tahu bahwa Depay adalah sosok penting di Lyon, tetapi Garcia lebih mengedepankan pada taktik yang telah ia temukan saat sibuk mencatat di bench. Apa yang ia lakukan ternyata berhasil meski harus membuat si pencetak 9 gol di Ligue 1 itu sulit menyembunyikan kekecewaannya.
Namun, jika melihat hasil akhir pertandingan ini, pasti ia akan menjadi sosok pertama yang langsung mengatakan, "I trust your tactics, coach" kepada Garcia. Karena, memang apa yang dilakukan Garcia ternyata bukan sebuah blunder.
Kita pun bisa mengakui bahwa ini adalah faktor paling penting dari apa yang dilakukan Garcia pada pertandingan itu. Seandainya ia tidak mengedepankan taktik melainkan pasrah dengan nama besar Depay, mungkin situasinya akan berbeda.
Dari keberhasilannya mencetak dua gol ke gawang Man. City, kita diperlihatkan oleh salah satu faktor krusial bagi klub yang bermain tidak dominan. Yaitu, kemahiran lolos dari garis offside.
Hal ini sekilas mengingatkan kita pada kelihaian mantan penyerang AC Milan, Filippo Inzaghi. Pemain asal Italia itu pernah dipuja-puji karena kemampuannya melepaskan diri dari jebakan offside.
Meski terlihat tidak begitu istimewa jika dibandingkan dengan kemampuan striker yang lihai menggiring bola dan berakselerasi tinggi. Namun, kemampuan itu nyatanya berguna. Khususnya ketika ada tim yang sedang tidak begitu dominan dalam permainan seperti yang dialami Lyon.
Mereka memang cenderung agresif, namun keagresifan itu terletak pada pola bertahan dan bertransisi. Ini yang membuat mereka tanpa terlalu menguasai bola sudah cukup meredam permainan Manchester City.
Aksinya melepaskan diri dari garis pertahanan Man. City yang terlalu tinggi mampu menjadi faktor krusial bagi Lyon untuk lebih percaya diri. Ditambah dengan keberhasilannya mencetak gol keduanya atau ketiga bagi Lyon dengan positioning yang tepat--lolos offside--untuk menburu bola tepisan dari Ederson.
Ketiga faktor itulah yang bisa cukup menjawab alasan Lyon mampu mendepak Manchester City yang sebenarnya adalah salah satu favorit juara di Liga Champions musim ini. Terlepas dari blunder Ederson, ataupun kegagalan Sterling, kita tetap perlu melihat dan mengakui sisi unggul Lyon di laga ini.
Felicitations, Olympique Lyonnais!
Deddy Husein S.
Terkait:
Kompas.com, Bola.net, Gilabola.com, Detik.com.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H