Berhubung saya kurang familiar dengan istilah itu, akhirnya saya tanyakan ke ibu saya. Namun karena balasannya lama, saya pun segera meluncur ke Ki Google.
Jawabannya kurang lebih seperti di awal, dan menariknya istilah itu juga sudah cukup familiar digunakan oleh media massa online untuk menyampaikan berita tentang iklim dan perkembangan cuaca. Meski portalnya adalah kabar daerah (khusus), saya tetap mengapresiasi itu.
Ada yang menjelaskan ulang apa itu bediding, dan mencoba memberikan contoh situasinya. Juga ada yang berupa reportase yang mengabarkan beberapa tempat yang memang sedang mengalami bediding.
Perubahan suhu yang ekstrim ini juga perlu diperhatikan, agar tubuh kita tak mengalami permasalahan. Jangan sampai karena aktivitas lebih banyak di rumah, kita menjadi lalai dengan situasi ini.
Keberadaan angin bediding juga patut dicermati oleh orang-orang yang sering begadang. Mentang-mentang sudah terbiasa dengan angin malam, kemudian meremehkan hawa yang lebih dingin dan bisa saja mengganggu kestabilan tubuh.
Itulah mengapa, saya juga bersyukur dengan adanya informasi tentang bediding di media-media massa tersebut. Melalui tulisan-tulisan itu pula, akhirnya saya menjadi tahu tentang bediding. Ternyata, ini yang membuat musim perkawinan tetap ada meski sedang pandemi. Ups!
![Jangan lupa ngeteh, gaes! Gambar: Dokpri/DeddyHS](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/07/30/7f402a50-63ff-49e6-9ffc-27cd40b055f7-5f2263e1097f3645db1f3f13.jpg?t=o&v=555)
Malang, 30 Juli 2020
Deddy Husein S.
Terkait:
CNNIndonesia, Memontum, Suarasurabayanet, Detik.