Awalnya saya kurang familiar dengan Bediding. Apa itu? Makanan? Hantu? Atau jenis ajian kebal menghadapi patah hati?
Ternyata bukan. Bediding adalah suatu istilah yang lekat dengan keberadaan musim. Tetapi, bukan musim durian, melainkan musim kemarau.
Ketika musim kemarau tiba, akan muncul istilah bediding, yaitu perubahan suhu yang cukup ekstrim antara siang dan malam. Ketika siang suhu sangat panas, ketika malam dan pagi suhunya sangat dingin.
Namun, istilah bediding juga dapat digambarkan sebagai angin musim kemarau yang biasanya berhembus dari selatan atau timur. Wilayah yang bertanggungjawab dalam situasi ini adalah kawasan Australia.
Angin dari iklim di Australia dapat membuat daerah laut di selatan Indonesia menyebarkan hawa dingin. Itu yang membuat malam-malam dan pagi-pagi kita terasa brrrr... sekali.
Saya pun sering menjadikan hawa dingin ini menjadi alasan untuk bangun lebih siang, agar langsung tersapa oleh sinar matahari. Paparan sinarnya saya butuhkan untuk menghangatkan tubuh sekaligus mencari vitamin yang dibutuhkan untuk melawan virus. Ah, bisa aja cari alasan!
Sudah seperti minum obat saja.
Tetapi yang membuat saya kesal adalah minuman hangat itu cepat dingin. Bahkan ketika saya seduh di jam 11 pagi, 2 siang, apalagi 4 sore. Situasi ini juga semakin parah ketika saya membuatnya di jam 5 pagi.
Seolah seperti saya biarkan sejam, teh saya sudah tak terasa hangat lagi. Padahal baru 5 menit lalu saya seruput.
Ketidakterimaan ini kemudian sempat saya ceritakan ke ibu saya, dan beliau langsung menyebutkan istilah bediding. "Mungkin karena angin bediding, le."