Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dipilih atau Tidak, Anak akan Mengikuti Jejak Orangtuanya

23 Juli 2020   11:51 Diperbarui: 23 Juli 2020   12:12 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, mencaritahu tentang figur-figur yang sesuai dengan apa yang disukai. Jika anak generasi 2000-an, saat itu masih sulit menemukan informasi selain dari tv, maka inspirasinya sebagian besar terbantu oleh cerita-cerita dari orangtua.

Pada langkah ini, tingkat keikhlasan orangtua dalam membuka kesempatan bagi anak untuk mencari inspirasi yang berbeda dari orangtua akan terlihat. Semakin terbatasnya pilihan inspirasi yang diberikan, maka peluang anak untuk "main jauh" menjadi nyaris tidak ada.

Semakin banyak pilihan, maka orangtua juga semakin perlu untuk terus mengawal atau memantau si anak agar tidak terlalu kebablasan. Artinya, antara anak dan orangtua pada tahap ini mulai berbicara tentang kompromi. Ada "negosiasi" antara anak dan orangtua untuk menempuh masa depan.

Cara ketiga, si anak harus memiliki pemahaman bahwa hidup itu tidak statis. Hidup itu dinamis. Bahkan dalam ranah percintaan saja, masih sulit untuk menemukan angka 100% pasangan setia di sebuah negara.

Hal ini juga berlaku dalam menentukan masa depan. Jika gagal menjadi pelukis, cobalah jadi yang lain. Misalnya menjadi penyanyi, penulis, bahkan jika ternyata menjadi karyawan toko pun seharusnya tidak diratapi.

Bukan hanya karena "ada banyak jalan menuju ke Roma", tetapi memang cara itulah yang ampuh untuk menjaga semangat tetap membara. Ditambah dengan adanya perubahan era, maka tentang masa depan juga akan seperti itu; semakin banyak pilihan.

Namun, ketika si anak berupaya menempuh jalan yang berbeda, biasanya si anak juga memiliki peluang untuk mengikuti jejak orangtuanya. Menariknya, hal ini bisa disadari maupun tidak.

Contohnya, ketika seorang anak yang tidak ingin menjadi pedagang, kemudian menjadi seorang pelukis. Sebenarnya saat dirinya berhasil menjadi pelukis terkenal, dia juga telah menjadi pedagang. Bukankah cara memperkenalkan hasil lukisannya juga dengan strategi berdagang?

Gibran maju ke pilkada 2020. Gambar: Kompas.com/Labib Zamani
Gibran maju ke pilkada 2020. Gambar: Kompas.com/Labib Zamani
Sama halnya dengan Gibran Rakabuming yang awalnya (berharap) hanya ingin menjadi pebisnis saja seperti ayahnya sebelum menjadi walikota dan presiden. Namun, sewaktu-waktu jalan untuk mengikuti jejak ayahnya di kursi pemerintahan juga akan terbuka.

Pasti akan ada dorongan baik dari segi internal maupun eksternal untuk mengantarkannya mengikuti jejak ayahnya. Tentang cepat atau lambat rentang waktu untuk mengikuti jejak ayahnya, itu pengaruh proses.

Jika prosesnya cepat, maka hasilnya juga demikian. Saya pun memilih untuk memaklumi apa yang terjadi pada Gibran, terlepas dari apakah dia prematur atau sudah waktunya untuk bekerja di kursi pemerintahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun