Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dipilih atau Tidak, Anak akan Mengikuti Jejak Orangtuanya

23 Juli 2020   11:51 Diperbarui: 23 Juli 2020   12:12 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum mengetahui caranya, kita tentu perlu mengetahui alasan dari keputusan anak untuk tidak mengikuti jejak orangtua.

Setiap anak pasti berupaya meniru orangtuanya, sebelum mencari kelebihannya sendiri. Gambar: Pexels.com/Valeria Ushakova
Setiap anak pasti berupaya meniru orangtuanya, sebelum mencari kelebihannya sendiri. Gambar: Pexels.com/Valeria Ushakova
Pertama, si anak tahu kekurangannya. Biasanya ada suatu momen yang membuat si anak mencoba mengikuti jejak orangtuanya. Di momen itulah, kemudian si anak akan memikirkan tentang tingkat keberhasilannya jika menjadi seperti orangtuanya.

Kita ambil contoh tentang anak pedagang yang ternyata dirinya tidak memiliki kemampuan seperti orangtuanya. Kemampuan pedagang biasanya adalah memiliki sikap ramah dan pandai berbicara. Termasuk pandai bernegosiasi.

Jika si anak tahu dirinya tidak mampu melakukan itu semua, maka dirinya akan mencoba mencari jalan lain untuk menggapai masa depan. Biasanya si anak juga berpikir bahwa nanti ia tidak akan menjadi pedagang seperti orangtuanya.

Alasan kedua, si anak tahu kesukaannya. Sebenarnya menjadi pedagang juga ada yang karena kesukaan. Misalnya, ada yang merasa bahwa memegang uang adalah hal yang sangat menyenangkan, termasuk ketika dapat berinteraksi dengan banyak orang dan orang baru.

Berhubung si calon pedagang ulung ini sudah mengetahui kesukaannya, maka jadilah dirinya menjadi pedagang. Hal ini juga bisa terjadi pada si anak yang tidak suka berdagang lalu menemukan kesukaan lainnya. Maka, kesukaan itulah yang akan dia jadikan sebagai kendaraan menggapai masa depan.

Misalnya, si anak ternyata suka melukis, maka ia akan rajin melukis dan berharap akan menjadi pelukis yang mampu menghasilkan uang. Apakah nanti akan diingatkan bahwa ia juga telah menjadi pedagang? Kita lewati dulu pembahasan ini.

Ketiga, si anak ternyata mendapatkan dukungan dari orang di sekitarnya. Misalnya dari guru di sekolah. Biasanya ketika ada momen pembagian rapor dan sejenisnya, si guru atau wali kelas akan memberikan review terkait kelebihan dan kekurangan si anak. Dari sanalah percikan-percikan masa depan mulai terkuak.

Tentu kita menjadi paham bahwa menumbuhkan masa depan anak juga diperlukan adanya apresiasi dan pengakuan. Jangan sampai menyembunyikan kelebihan anak, karena itu bisa membuat si anak menjadi kehilangan kepercayaan diri terhadap kemampuannya.

Dari tiga alasan tadi, kemudian kita melangkah ke cara-cara untuk membuat si anak bisa tidak menyerupai rekam jejak orangtuanya.

Pertama, bercerita tentang apa yang disukai. Jika tidak pandai bercerita, maka tunjukkan langsung apa yang disukai. Pada langkah ini, tanggapan orangtua akan sangat menentukan kelanjutan dari apa yang dilakukan si anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun