Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Marcelo Bielsa, Sebuah Dongeng tentang Menjadi Diri Sendiri

22 Juli 2020   17:54 Diperbarui: 25 Juli 2020   07:28 1447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika biasanya kita melihat pelatih top akan diberikan fasilitas dan tidak menolaknya, maka kita akan melihat hal berbeda pada Bielsa. Justru ketika dirinya dianggap sebagai salah seorang pelatih berpengalaman, Bielsa memilih untuk kembali menemukan gaya hidup yang dia inginkan.

Seperti memilih tinggal di kawasan sederhana, dan berjalan kaki. Tentu, ini bukan karena tren masa kini, melainkan upaya dirinya untuk lebih menikmati hidup.

Pernyataan tentang dirinya yang merupakan orang berlatarbelakang pedesaan, membuat kita sadar bahwa meningkatnya standar kehidupan seharusnya tak membuat kita lupa tentang asal-muasal kita. Inilah yang perlu juga dipelajari oleh masyarakat penggemar sepak bola selain mengagumi kisah-kisahnya yang dibesarkan oleh Guardiola.

Selain itu, pilihan kariernya dengan melatih klub-klub yang tidak sepenuhnya hebat juga patut diacungi jempol. Karena tidak sedikit pelatih dari tim medioker justru merasa dirinya pantas melatih tim besar. Padahal ketika masih melatih tim gurem, mereka belum sepenuhnya mampu memberi pembuktian yang dibutuhkan tim-tim besar.

Memang, karier seperti Pep Guardiola, Maurichio Pochettino, bahkan Zinedine Zidane mulai tak asing lagi dewasa ini. Namun, garis karier yang sedemikian juga bukan suatu hal yang mudah untuk dijalani.

Artinya, dalam berkarier, kita juga perlu memahami apa yang disukai dan dikuasai bukan hanya mementingkan prestise. Karena, tidak semua orang memiliki sesuatu yang sama di dalam diri masing-masing.

Pippo pernah melatih AC Milan pasca dinilai berhasil saat melatih Milan Primavera. Gambar: AFP Photo/Marco Bertorello via Kompas.com
Pippo pernah melatih AC Milan pasca dinilai berhasil saat melatih Milan Primavera. Gambar: AFP Photo/Marco Bertorello via Kompas.com
Ambil contoh Filippo Inzaghi. Karier melatihnya justru lebih tepat ketika dimulai dari klub antah-berantah. Karena, di sana dia dapat belajar dan bereksperimen, alias tidak langsung menghadapi tekanan besar.

Terbukti, kini Pippo bisa survive dan akan menciptakan pertemuan menarik dengan saudaranya, Simone Inzaghi di Serie A musim depan. Cara semacam ini sebenarnya bagus untuk ditiru di luar lapangan, yaitu berangkat dari titik terendah untuk mencapai puncak.

Tinggal yang kita nantikan adalah ketika melihat sosok bersahaja seperti Marcelo Bielsa di tengah keglamoran Premier League. Apakah dirinya akan mampu bertahan lama, atau malah gagal memenuhi ekspektasi penggemar sepak bola Inggris?

Jika merujuk pada usianya yang sudah 65 tahun, maka diprediksi bahwa Marcelo Bielsa akan cenderung nothing to lose. Memang, dia akan tetap memberikan instruksi yang tegas dan strategi bermain yang ia sukai, namun belum tentu hasilnya akan memuaskan.

Ditambah dengan atmosfer sepak bola saat ini yang sudah sulit menerima kekalahan lebih dari 3 kali secara beruntun, atau pun membenci situasi buruk seperti zona degradasi. Padahal, kalah-menang bukan hanya karena satu faktor, melainkan banyak faktor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun