Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tinggal 2 Kemenangan Lagi, Juventus!

21 Juli 2020   20:45 Diperbarui: 21 Juli 2020   20:44 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Juventus kian dekat dengan scudetto pasca mengalahkan Lazio, 2-1 (21/7). Gambar: Twitter/Juventusfc

Nyaris diragukan untuk juara liga, namun kini Juventus hanya butuh 2 kemenangan lagi untuk merengkuh juara Serie A musim 2019/20. Begitulah keseruan Serie A di musim ini.

Meski Serie A akan kembali menjadi liganya Juve, tetapi di musim ini terlihat bahwa setiap klub Serie A sudah berupaya maksimal untuk menjegal laju Juventus dalam mengukuhkan hegemoninya di Italia.

Praktis, Juventus hanya kecolongan di Coppa Italia. Namun di liga, mereka masih lebih baik dibandingkan kompetitornya.

Inter Milan memang sudah berupaya keras untuk menggagalkan parade juara Juventus di Serie A. Tetapi mereka juga perlu sadar, bahwa untuk menjadi juara tidak bisa hanya mengandalkan perubahan satu musim.

Inter Milan butuh waktu untuk mengembalikan kekuatan seperti era 2000-an akhir. Seperti Juventus yang juga butuh waktu untuk menjadi raksasa Italia kembali setelah sempat terpuruk.

Mungkin ada anggapan jika Juventus bisa menjadi juara karena pemainnya atau manajemennya. Padahal La Vecchia Signora bisa seperti ini juga berangkat dari perpaduan antara pemain, manajemen, dan pelatih.

Sebelum Massimilliano Allegri menyambung rentetan juara Juventus di Serie A, dia juga merupakan pelatih juara bersama AC Milan. Tanpa pengalaman itu, jelas akan sulit baginya untuk menaklukkan ego para pemain bintang Juventus.

Begitu pula dengan adanya Maurizio Sarri. Pelatih yang pernah membuat Napoli menjadi klub yang disegani di Italia juga menandai karier kepelatihannya dengan juara di Liga Eropa bersama Chelsea.

Meski hanya semusim melatih Chelsea, setidaknya Sarri bisa membuktikan dirinya juga bisa berprestasi di bawah tekanan yang besar. Ini yang membuat keputusan Juventus merekrutnya bukanlah keajaiban.

Lalu, bagaimana dengan Inter yang kini dilatih oleh pemberi kunci pertama juara Serie A untuk Juventus?

Menaruh harapan bahwa Inter akan juara bersama Antonio Conte, memang bukanlah keanehan. Justru ada presentase yang besar bagi Inter untuk kembali juara di Serie A. Itu fakta.

Hanya ada dua faktor yang membuat Inter Milan gagal juara di musim pertama dengan Conte. Juventus dan Inter Milan.

Jika Serie A tidak ada Juventus, maka Inter memiliki peluang besar untuk juara. Tetapi, adanya Juventus juga untuk mengeliminasi tim-tim yang berpotensi untuk juara seperti Lazio dan Atalanta. Wah, pilih ada atau tidak ada Juventus, nih?

Faktor kedua jelas ada pada Inter. Mereka tidak sepenuhnya konsisten dalam mengelola potensi. Banyak laga yang sebenarnya mereka dijagokan untuk menang justru hasilnya berbeda.

Begitu pun ketika mereka disangsikan untuk menang, malah dapat memetik 3 poin dengan gaya. Ini membuat Inter seharusnya introspeksi sendiri. Mereka cenderung merepotkan diri sendiri.

Lalu apakah kerjasama antara Inter dengan Conte harus berakhir?

Jelas tidak. Karena, siapa yang ideal untuk menggantikan Conte? Nyaris tidak ada. Bahkan sekalipun itu Diego Simeone.

Bukannya meragukan kapasitas Simeone, tetapi yang paling kenal dengan Serie A adalah Conte, bukan Simeone. Ditambah dengan gaya main yang diinginkan Simeone cukup berbeda dengan Conte.

Simeone cenderung menyukai sepak bola pragmatis, sedangkan Conte lebih menyukai dominasi pada permainan. Filosofi Conte mendekati cara bermainnya tim besar, alih-alih underdog.

Bukannya Simeone bertaktik buruk, tetapi apakah gaya melatihnya akan cocok dengan sepak bola Italia? Bagaimana jika sepak bola ala Simeone lebih cocok dengan atmosfer La Liga atau Premier League?

Jika merujuk pada klub yang dilatih Simeone, maka kehadiran taktik Simeone adalah untuk meruntuhkan dominasi Barcelona dan Real Madrid. Sekilas ini cocok dengan misi Inter yang ingin menghancurkan Juventus.

Tetapi, apakah di Serie A memiliki banyak klub yang seperti Barcelona dan Real Madrid? Jawabannya belum ada. Sekalipun AC Milan dalam misi kebangkitan, juga adanya Atalanta yang sangat produktif di musim ini.

Mereka belum bisa disandingkan dengan kualitas dan rekam jejak konsistensi seperti Barcelona dan Real Madrid. Hal ini seperti ketika Atletico Madrid mampu finis kedua di La Liga 2018/19. Itu karena Real Madrid sedang galau pasca ditinggal Cristiano Ronaldo.

Situasi ini berbeda dengan musim ini yang menunjukkan bahwa Atletico nyaris tidak bersuara. Bahkan, mereka sempat harus bersaing dengan Sevilla untuk berada di tiga besar.

Artinya, Simeone belum cocok untuk menggantikan Conte dalam waktu dekat. Inter harus bersabar terhadap kinerja Conte dan tentunya dengan para pemainnya.

Jika kekurangsempurnaan pada sisi internal Inter dibenahi, maka musim depan Inter bisa kembali bersaing di puncak klasemen. Sedangkan untuk musim ini, mereka harus rela melihat scudetto kembali dirayakan di Allianz Stadium.

Mengapa Inter harus lempar handuk?

Jadwal terakhir Juve di Serie A 2019/20. Gambar: Google/SerieA/Juventus
Jadwal terakhir Juve di Serie A 2019/20. Gambar: Google/SerieA/Juventus
Jawabannya sudah terpampang di awal, bahwa Juventus hanya butuh dua kemenangan lagi--menjadi 86 poin--untuk mengunci titel Serie A yang kesembilan secara berturut. Bahkan, Juve masih bisa juara dengan 1 kemenangan (3 poin), 2 seri (2 poin), dan 1 kekalahan (0 poin).

Jika hasllnya demikian maka total poin yang dikumpulkan adalah 85 poin. Angka itu tak bisa dikejar Inter, karena dengan 4 laga sisa, mereka hanya mampu mengumpulkan maksimal 84 poin.

Jadwal terakhir Inter Milan. Gambar: Google/SerieA/Inter
Jadwal terakhir Inter Milan. Gambar: Google/SerieA/Inter
Ditambah jika mereka kalah dari Atalanta di pekan terakhir Serie A, maka raihan poinnya mentok di angka 81. Artinya, trofi juara memang sudah dekat ke Turin dibandingkan ke Milan, alih-alih Bergamo.

Atalanta bisa sapu bersih 4 laga sisa, namun poinnya hanya sampai 83 saja. Gambar: Google/SerieA/Atalanta
Atalanta bisa sapu bersih 4 laga sisa, namun poinnya hanya sampai 83 saja. Gambar: Google/SerieA/Atalanta
Atalanta juga sudah kurang besar peluangnya untuk juara, karena mereka hanya mentok meraih 83 poin. Artinya, Juventus hanya perlu menang sekali dan imbang sekali--menjadi 84 poin. Selebihnya mereka tinggal ongkang-ongkang kaki.

Namun, sebagai calon juara, jelas Juventus akan berupaya menyapu bersih 4 laga sisa. Selain demi prestis klub, citra penyelamatan karier Sarri, juga karena Juventus memiliki Cristiano Ronaldo yang sedang kembali on-fire.

Ronaldo kembali temukan ketajamannya di musim kedua bersama Juventus. Gambar: Twitter/FIFAcom.
Ronaldo kembali temukan ketajamannya di musim kedua bersama Juventus. Gambar: Twitter/FIFAcom.
Setelah keberhasilannya mencetak rekor sebagai pemain yang mampu membuat 50 gol atau lebih di 3 liga, maka akan ada ambisi untuk mengejar rekor topskor Serie A yang pernah dipegang rekannya, Gonzalo Higuain.

Gonzalo Higuain pernah trengginas di Napoli dengan mengakhiri musim 2015/16 sebagai pencetak gol terbanyak Serie A. Raihannya juga sangat banyak untuk ukuran Serie A, yaitu 36 gol!

Sejak 2005/06, hanya Luca Toni yang mampu menembus angka 30 gol. Saat itu, striker Fiorentina menjebol gawang lawan sebanyak 31 gol. Ini menjadi torehan tertinggi topscorer asal Italia yang akan segera dipecahkan oleh Ciro Immobile.

Statistik pencetak gol terbanyak sementara sampai pekan 34 Serie A 2019/20. Gambar: Football-italia.net
Statistik pencetak gol terbanyak sementara sampai pekan 34 Serie A 2019/20. Gambar: Football-italia.net
Ciro saat ini bersaing ketat dengan Cristiano Ronaldo di angka 30 gol. Dengan 4 laga sisa, maka sudah dapat diprediksi jika torehan Luca Toni akan disalip oleh Ciro. Hanya, dirinya juga harus berupaya membendung Cristiano agar tidak menjadi topscorer Serie A.

Baca juga: Cristiano Ronaldo Menjadi Ancaman Striker Senja Italia

Jika merujuk pada jam terbang, CR 7 diprediksi akan memenangkan persaingan sebagai capocannoniere. Sedangkan untuk mencetak 6 gol atau lebih dalam 4 laga terakhir, cukup tidak mustahil.

Artinya, ini akan membuat Juventus memiliki peluang juara Serie A lebih besar dari kontestan lainnya. Karena Juve masih memiliki banyak misi yang perlu dituntaskan dengan baik di akhir musim.

Sudah bisa memberikan selamat untuk Juve?

Malang, 21 Juli 2020

Deddy Husein S.

Berita terkait:

Indosport, Tempo, Kompas, Radarnonstop, Goal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun