Seiring berjalannya waktu, saya mulai terbiasa untuk memikirkan setiap barisan kata yang tertuang dalam cangkir-cangkir puisi, baik dari pemuisi tersohor seperti Sapardi atau juga pemuisi berlabel teman.
Bahkan, satu kata yang ada di sebuah puisi bisa saya pikirkan dua kali atau lebih demi menemukan apa makna yang sebenarnya. Meski pada akhirnya saya seperti berjudi, karena tidak sepenuhnya dapat menerka secara akurat apa yang ingin disampaikan si empu puisi tersebut.
Perjalanan saya membaca puisi kemudian semakin terbantu oleh adanya sebuah wadah untuk mengapresiasi puisi. Namun, sayangnya saya tak begitu bertahan lama dalam berkubang di sauna puisi.
Saya berpikir bahwa mengenali puisi itu sangat perlu ketelatenan. Selain harus rajin berkontemplasi, juga harus rajin membaca banyak karya dari beragam pemuisi. Ditambah lagi dengan fakta bahwa puisi juga beragam bentuk.
Bahkan, bagi saya puisi bisa juga untuk mendekatkan orang-orang yang sebelumnya antipati terhadap ranah politik dan pemerintah, menjadi cukup familiar. Karena, menurut sepemahaman saya, hidup tanpa mengenal politik dan pemerintahan akan menjadi buta peta.
Seolah harus berjalan ke rumah pacar, tapi belum pernah tahu lewat jalan mana agar sampai ke alamatnya. Itulah mengapa perlu ada media yang dapat membantu perjalanan itu.
Jika dalam proses ngapelin pacar perlu ada G-maps untuk membantu mencari rute, maka puisi juga bisa menjadi alat bantu untuk mengetahui seperti apa sih politik dan pemerintahan itu?
Saya lebih suka membaca ungkapan pendapat seseorang tentang kritik politik dan pemerintahan dengan puisi dibandingkan dengan artikel opini. Meski perlu diakui pula, bahwa antara keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan.
Pada puisi, jelas nilai estetikanya membantu pembaca untuk terbius dan seolah lupa bahwa yang sedang dibicarakan oleh si empunya adalah tentang politik dan pemerintahan. Sedangkan pada artikel opini, mereka lebih unggul dalam hal penyajian bukti yang relevan terkait pendapat penulisnya.
Sebenarnya di puisi juga bisa menjabarkan suatu peristiwa dengan berbagai situasi--runtutan adegan. Seperti pada puisi Sapardi yang berjudul "Dongeng Marsinah".Â