Tepat, karena pada era saat ini alunan musik akan banyak diprakarsai oleh musik digital. Meski kita tetap harus menguasai basic instrumennya secara organis, tetap saja pada akhirnya ada ketertarikan dan tuntutan untuk mempelajari musik digital.
NOAH kemudian memperkenalkan lagu-lagu seperti "Cinta Bukan Dusta" dan "My Situation". Dua lagu itu membuat pendengar mulai terbiasa dengan musik kombinasi antara instrumental yang dibawakan Lukman dengan tempo digital yang diolah oleh David.
Menariknya, secara aliran yang diusung oleh NOAH adalah pop-alternatif. Ini membuat mereka bisa mengeksplorasi musiknya. Hal ini terdengar mirip dengan apa yang terjadi pada LINKIN PARK.
Itulah yang menjadi keuntungan dari adanya aliran alternatif. Ketika disambungkan dengan aliran yang solid seperti pop dan rock, akan menciptakan keluwesan bagi pengkaryanya. Hal ini yang sepertinya menjadi potensi yang dimanfaatkan oleh NOAH.
Ketika awal mendengar, memang terasa kurang gereget. Namun ketika sudah memasuki pertengahan dan akhir, rasanya telinga kita ingin kembali mendengarnya--lagi dan lagi.
Terlepas dari warna baru yang diberikan NOAH untuk lagu ciptaan Guruh Soekarno Putra tersebut, kita juga diperlihatkan bahwa kreativitas tak akan sepenuhnya luntur ketika berada di situasi yang kurang kondusif. Terbukti, lagu ini tak hanya berhasil diproduksi secara audio namun juga video klip.
Prosesnya pun dikabarkan dengan cara di rumah saja. Tentu ini menjadi kabar yang inspiratif. Jika NOAH bisa, tentu kita juga seharusnya bisa. Setidaknya bisa mengapresiasinya.
Memang, karya yang diluncurkan di tengah gejolak permasalahan global ini bukanlah yang pertama. Ada karya lagu dari Rhoma Irama, Ari Lasso, Radja Band, Goodnight Electric, dan lainnya. Ini membuat kita semakin sadar bahwa dalam situasi apa pun, berkarya tetap harus jalan terus.