Saya juga kemudian merasa terharu, bahwa sebenarnya yang paling banyak menghabiskan jajanan Lebaran bukan tetangga atau kerabat, melainkan anak-anak yang ada di dalam rumah. Dengan keadaan seperti sekarang dan ongkos jarak jauh yang mahal--di situasi normal, jelas ibu saya tak tahu tentang siapa yang akan memakan semua jajanan itu selain orang lain.
Jika melihat usia yang semakin bertambah, jelas mereka semakin sadar diri, tidak seperti anak-anak, apalagi saya yang masih sangat enerjik, yang hanya takluk dengan jajanan yang bikin batuk. Tapi namanya anak, apalagi masih merasa strong, pasti makan dulu, sakitnya belakangan.
Melihat apa yang diceritakan ibu saya, saya berpikir bahwa untuk berbuat baik terkadang tak perlu berpikir rasional. Selama tujuannya baik, tidak masalah. Ditambah jika memang ada cara untuk membuat kebaikan itu semakin baik.
Bagi saya ini luar biasa, dan semakin membuat terharu, karena sampai sejauh ini masih belum bisa merangkul keduanya serta meringankan beban mereka. Semoga mereka tetap sehat selalu dan dapat survive dari kondisi yang menuju "kenormalan baru".
Saya pun berharap suatu saat dapat melakukan kebaikan yang tanpa banyak perhitungan. Cukup dengan niat yang tulus, dan berharap orang lain tanpa beban saat menerima kebaikan yang saya berikan.
Malang, 28 Mei 2020
Deddy Husein S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H