Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pengalaman Berkesan Bermaafan di Istana Bupati

22 Mei 2020   18:54 Diperbarui: 22 Mei 2020   18:56 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso. Gambar: Dokpri/DeddyHS

Sebenarnya saya menyukai momen bermaafan di rumah (dulu) bersama nenek, orang tua, dan kakak. Namun, bagi saya itu biasa saja. Wajar bukan kalau sekeluarga saling bermaafan?.

Itulah yang membuat saya tidak menempatkannya sebagai momen berkesan. Semua orang memang pasti mengutamakan momen bermaafan dengan keluarganya, begitu pun dengan saya. Namun, di sisi lain saya tak menganggapnya sebagai yang paling berkesan.

Di antara aktivitas bermaafan di momen Lebaran, saya lebih memilih momen bermaafan di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso. Ibarat negara, ini adalah istananya presiden. Berhubung ini skala kabupaten, maka ini dapat disebut sebagai istananya bupati.

Ada banyak faktor yang membuat momen ini berkesan bagi saya.

Pertama, saya melakukannya nyaris setiap tahun dan secara berjenjang. Dari masa saya masih SD--diajak kakak--dan saya diragukan masih anak-anak oleh si pemberi angpao. Sampai ke masa saya sudah merantau dan saya (berani) berkunjung ke sana sendirian.

Kala itu, berkunjung ke pendopo meski hanya perlu berjalan beberapa ratus meter dari rumah, menurut saya itu menyenangkan. Bagi saya melihat kerumunan orang itu mengasyikkan.

Saya pun terus melakukannya sampai terakhir tahun kemarin. Meski jarak rumah sudah semakin jauh, namun bagi saya berada di antara orang banyak dan tak ambil pusing dengan orang lain itu menyenangkan.

Kedua, saya tidak perlu mengenal dan dikenal oleh orang lain. Artinya, bermaafan tanpa kenal dan tahu apakah kita saling berbuat salah itu lebih bagus daripada kita saling kenal dan seolah saling menghardik jatah maaf di antara kita.

Bahasa kasarnya sih begitu. Meski saya tahu, tidak akan ada yang mau mengaku demikian.

Ketiga, bermaafan di pendopo tersebut juga belajar membaur dan mengenal kebiasaan orang lain. Memang, saya tak akan sembarangan berbicara dengan orang lain jika tidak penting.

Begitu pula saat makan bersama dengan hidangan yang telah disediakan. Biasanya saya memilih duduk di tempat strategis untuk sedikit mengamati cara orang lain merayakan momen Lebaran di istana bupati tersebut.

Ada yang makannya sangat banyak, ada yang nambah, ada pula yang berupaya membungkus makananan di situ. Ya terserah sih!

Setelah makan-makan, biasanya yang muda-muda dan yang beramai-ramai akan wefie dan selfie di beberapa area yang memang cukup menarik untuk dijadikan spot berfoto.

Saya tentu tak mau kalah. Sebagai yang masih muda saya juga mengeluarkan ponsel untuk mendokumentasikan beberapa sisi di tempat tersebut.

Langkah ini untuk mengenalkan bagaimana isi pendopo tersebut, yang dulunya masih bisa dimasuki anak-anak untuk menyaksikan bapak-bapak bermain tenis kala sore. Juga melihat burung-burung yang dulunya hanya bisa dilihat di buku bergambar ataupun Atlas.

Beginilah ulasan singkat saya terkait momen bermaafan yang berkesan. Mungkin bagi orang lain, ini biasa saja, karena tidak ada adegan nangis-nangisnya. Namun, saya malah menyukai yang seperti ini.

Baca ulasan tentang bermaafan di Pendopo Tulungagung di sini!

Momen bermaafan tidak harus melibatkan orang-orang yang sangat dikenali. Momen bermaafan juga tidak harus karena kita tahu pernah saling berbuat salah. Siapa pun bisa melibatkan diri ke momen bermaafan secara general.

Karena yang seperti itu akan lebih santai, tak terlalu terbebani. Mungkin bagi pihak elit yang menggelar open house sedikit was-was. Siapa tahu ada yang memeluk atau melakukan tindakan lainnya.

Namun, bagi orang biasa seperti saya, hal ini lebih menyenangkan, tak ada beban. Mungkin karena ada hidangan yang enak-enak dan gratis, ya? Hehehe.

Selamat menyambut Lebaran, semua! Semoga perayaannya tetap khidmat dan berkah.

Malang, 22 Mei 2020

Deddy Husein S.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun