Ada yang makannya sangat banyak, ada yang nambah, ada pula yang berupaya membungkus makananan di situ. Ya terserah sih!
Setelah makan-makan, biasanya yang muda-muda dan yang beramai-ramai akan wefie dan selfie di beberapa area yang memang cukup menarik untuk dijadikan spot berfoto.
Saya tentu tak mau kalah. Sebagai yang masih muda saya juga mengeluarkan ponsel untuk mendokumentasikan beberapa sisi di tempat tersebut.
Langkah ini untuk mengenalkan bagaimana isi pendopo tersebut, yang dulunya masih bisa dimasuki anak-anak untuk menyaksikan bapak-bapak bermain tenis kala sore. Juga melihat burung-burung yang dulunya hanya bisa dilihat di buku bergambar ataupun Atlas.
Beginilah ulasan singkat saya terkait momen bermaafan yang berkesan. Mungkin bagi orang lain, ini biasa saja, karena tidak ada adegan nangis-nangisnya. Namun, saya malah menyukai yang seperti ini.
Baca ulasan tentang bermaafan di Pendopo Tulungagung di sini!
Momen bermaafan tidak harus melibatkan orang-orang yang sangat dikenali. Momen bermaafan juga tidak harus karena kita tahu pernah saling berbuat salah. Siapa pun bisa melibatkan diri ke momen bermaafan secara general.
Karena yang seperti itu akan lebih santai, tak terlalu terbebani. Mungkin bagi pihak elit yang menggelar open house sedikit was-was. Siapa tahu ada yang memeluk atau melakukan tindakan lainnya.
Namun, bagi orang biasa seperti saya, hal ini lebih menyenangkan, tak ada beban. Mungkin karena ada hidangan yang enak-enak dan gratis, ya? Hehehe.
Selamat menyambut Lebaran, semua! Semoga perayaannya tetap khidmat dan berkah.
Malang, 22 Mei 2020
Deddy Husein S.