Di situ ada sisi untung dan rugi. Untungnya, secara pengalaman dan teknik, mereka masih bisa dikadalin, sedangkan ruginya jelas di stamina. Mereka tentunya masih mampu berlari lebih konstan daripada saya.
Saya lebih memilih sisi keuntungan tersebut. Saya tahu jika beradu kecepatan akan sia-sia, maka saya coba menggunakan teknik dribbling. Ketika berhasil mengecoh dan melewati, yang saya lihat kemudian adalah posisi rekan saya.
Di saat bola berhasil saya kontrol, memang semua rekan tahu bahwa saya akan bisa membawanya ke depan. Itulah yang membuat beberapa rekan sudah menunggu di beberapa sisi.
Akhirnya saya memberikan bola ke rekan yang lebih dekat dengan gawang. Sedikit gocekan, rekan saya berhasil menemukan ruang tembak, dan "GOL!"
Apakah ini Hasil dari Ilmu Sok Weruh?
Saya pun senang. Tim menang, dan saya masih bisa berkontribusi terhadap tim, meski tidak berupa gol langsung dari kaki saya.
Uniknya, pengalaman ini (2017) adalah pengalaman terakhir saya bermain bola di lapangan besar. Jika di futsal mungkin lebih lama lagi saya sudah tak bermain. Karena tuntutan di futsal lebih berat, meski kelihatannya hanya bermain di lapangan yang lebih kecil.
Becermin dari situ saya kemudian berpikir, apakah hidup juga seperti itu? Bagaimana jika saya gagal? Apakah akan ada kesempatan lagi?
Malang, 17 Mei 2020
Deddy Husein S.